In ARKIPEL 2018 - homoludens, Special Screening

Milisifilem as an Incubator
Milisifilem Sebagai Inkubator

Host: Milisifilem

Saturday, August 11, 2018 | 07:00 pm | GoetheHaus

Milisifilem adalah kelompok belajar produksi filem melalui praktek eksperimentasi visual yang diinisiasi oleh Forum Lenteng. Sebagai rangkaian dari ARKIPEL homoludens – 6th Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival 2018, akan digelar penayangan perdana proyek filem Milisifilem yang didukung oleh Pusat Pengembangan Film, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Malam penayangan akan dilaksanakan di GoetheHaus, Goethe-Institut Jakarta pada hari Sabtu, 11 Agustus 2018 pukul 19.00 WIB.

Proyek filem yang akan ditayangkan adalah salah satu tugas dalam kelas Milisifilem. Para anggota ditugaskan untuk membuat filem pendek hitam putih dengan durasi minimal lima menit, dalam kelompok berisi tiga orang. Proyek berbentuk audiovisual pertama yang dirilis oleh Milisifilem ini dimulai produksinya sejak bulan Maret lalu. Kelima kelompok merumuskan premis dan ide filemnya secara kolaboratif hingga proses syuting dan editing yang mengikuti sesudahnya, sementara fasilitator Milisifilem hanya bertindak sebagai konsultan. Hasilnya adalah lima filem hitam-putih yang beragam dalam bentuk maupun durasi. Meskipun pada akhirnya, bukan hanya hasil berupa produk visual yang diharapkan dari aktivisme platform ini, namun juga kesadaran kontekstual yang tinggi dalam menghadapi perubahan zaman.

Milisifilem is a study platform on film production through practices of visual experimentation, initiated by Forum Lenteng. As a part of ARKIPEL homoludens – 6th Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival 2018, a screening of Milisifilem’s first film project supported by Central of Film Development, Ministry of Education and Culture will be held at GoetheHaus, Goethe-Institut Jakarta at Saturday, August 11, 2018 7.00 pm.

The films were assigned as one of the class projects in Milisifilem. The members had to produce black-and-white short films with a minimum duration of five minutes, in groups containing three people. Milisifilem’s first audiovisual project was started since March. The five groups came up with the premise and idea collaboratively, along with the shooting and editing process that follows, while Milisifilem’s facilitator only acted as consultant. The result were five black-and-white films that ranges in form and duration. Though, at the end, a visual product is not the only thing that is expected from this activism platform, but also a thorough contextual awareness on facing the shift of an era.

Films

Into The Dark

Filmmaker Dhuha Ramadhani, Luthfan Nur Rochman, Maria Christina Silalahi (Indonesia)
Country of Production  Indonesia
Language  Bahasa Indonesia
Subtitle  English

b/w, sound, 2018

Filem ini mencoba masuk ke dalam pengalaman menegangkan yang dirasakan oleh korban penculikan. Dari sebuah pematang sawah seorang petani muda dijemput paksa. Suasana gelap di dalam mobil box yang melakukan perjalanan panjang sesekali memberi secercah harapan lewat beberapa kemungkinan melarikan diri saat mobil berhenti. Seorang penjaga di dekat pintu tidak melepaskan pandangannya dari si korban. Mobil berjalan menuju kegelapan. Keduanya terlibat dalam upaya mempertahankan lahan sawah sejumlah warga.

This film tries to get into a suspenseful experience of a kidnapping victim. From the dike of the rice field, a young farmer was taken away by force. The dark atmosphere inside the small container truck throughout a long drive, gives a sliver of hope a couple times through the possibility of running away when the truck stops. A guard near the door does not take his eyes off the victim. The car drives away into the dark. Both of them were involved in a struggle to protect the inhabitants’ lands.

CUT

Filmmaker Dhanurendra Pandji, Robby Ocktavian, Theresia Farah Umaratih (Indonesia)
Country of Production  Indonesia
Language  Bahasa Indonesia
Subtitle  English

b/w, sound, 2018

Di ruang terpisah, seorang mahasiswa filem menggunakan potongan-potongan seluloid yang disusun ulang sebagai medium untuk berinteraksi dengan kekasihnya.

In a separated space, a film student rearranges pieces of celluloids as a medium to interact with his lover.

Karib

Filmmaker Afrian Purnama, Anggraeni Widhiasih, Yuki Aditya (Indonesia)
Country of Production  Indonesia
Language  Bahasa Indonesia, English
Subtitle  English

b/w, sound, 2018

Sebuah potret persahabatan tiga orang perempuan muda urban yang harus mengalami sebuah momen kehilangan ketika salah seorang di antaranya menemui ajal. Bagaimana kedua yang tersisa harus menghadapi persahabatan mereka yang sekarang, sejarah mereka, dan rasa duka untuk mengantisipasi yang akan datang selagi tetap menjalani kehidupan di hiruk pikuk perkotaan.

A portrait of a friendship between three young urban women, who has to go through a moment of loss when one of them meets her fate. How the rest of them has to face their recurring friendship, their history, and sorrow to anticipate what is coming, while they keep living through the hustle and bustle of the city life.

Pagi yang Sungsang

Filmmaker Manshur Zikri, Pingkan Persitya Polla, Prashasti Wilujeng Putri (Indonesia)
Country of Production  Indonesia
Language  
Subtitle  

b/w, sound, 2018

Tubuhnya yang kekar terbuat dari besi-besi yang berat. Tak ada yang berani mengganggu ketenangan tidurnya selain bunyi peluit petugas keamanan. Suara peluit semakin kencang, memaksanya untuk bangun dari tidur yang panjang. Ia meregangkan otot, menunggu saat yang tepat untuk beraksi. Ketika desiran sapu-sapu lidi yang menggores tanah terdengar semakin berisik, itulah tanda bahwa sampah-sampah untuknya telah disiapkan. Ia harus menuntaskan tugasnya segera: bergerak perlahan lalu merayap sekencang-kencangnya di antara gang-gang yang sempit, membelah kerumunan manusia-manusia.

His sturdy body was made from heavy metals. No one dared to disturb his serene sleep besides the sound of the security guard’s whistle. The sound screamed louder, forcing him to awaken from a long sleep. He stretches his muscles, waiting for the right moment to strike. When the sound of wooden brooms scraping the ground grew noisier, it is a sign that the garbages for him has been prepared. He has to finish his job at once: moving slowly, and then crawling as fast as he can through cramped alleys, splitting through the sea of humans.

Aksi Reaksi

Filmmaker Dini Adanurani, Mia Aulia, Wahyu Budiman Dasta (Indonesia)
Country of Production  Indonesia
Language  
Subtitle  

b/w, sound, 2018

Merespon aktivisme Warkop DKI pada masanya, filem ini merekonstruksi image-image dari beberapa film tersebut menjadi sebuah karya baru dalam bentuk kolase bergerak. Visual turut dipermainkan dan dieksperimentasikan dalam usaha menciptakan dan menggabungkan ruang-ruang baru menggunakan berbagai medium. Melalui filem ini, para kreator berusaha menganalogikan munculnya sebuah perubahan, dampaknya kepada lingkungannya, dan bagaimana masyarakat luas bereaksi terhadap perubahan tersebut.

Responding the activism of Warkop DKI in their era, this film tries to reconstruct some images from the film, while forming a new artwork in the form of moving collage. The visual was played and experimented on, in an attempt to create and join together new spaces using various mediums. Through this film, the creators try to picture the emergence of change, its impact to the environment, and how the society reacts to that change.

About Milisifilem

Pada September 2017, Forum Lenteng menginisiasi sebuah platform produksi dan belajar bersama, yaitu; MILISIFILEM. Platform ini secara khusus mendalami praktik-praktik produksi visual, baik secara teknis maupun konteks yang terkait dengan persoalan sosial budaya terkini. Secara reguler, MILISIFILEM menyelenggarakan pelatihan tentang dasar-dasar visual secara lintas disiplin, menggunakan pendekatan yang partisipatoris dan kolaboratif. Para partisipan menjelajahi berbagai kemungkinan eksperimentasi visual, serta membangun kedisiplinan kolektif dalam memproduksi karya-karya visual. MILISIFILEM secara khusus melibatkan partisipan untuk mendalami aktivisme seni dan budaya dalam rangka menghadapi tantangan perubahan zaman.

Forum Lenteng started its new platform for production and study in September 2017 named MILISIFILEM. This platform specifically explores practices of visual production both technically and contextually relating to contemporary socio-cultural issues. MILISIFILEM regularly carries out interdisciplinary training on the basics of visual arts through participatory and collaborative approach. Participants examine the possibilities of visual experimentation and cultivate their discipline in producing visual works. MILISIFILEM keenly involves its participants to explore art and cultural activism to respond the current situation of the ever-changing world.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Contact Us

We're not around right now. But you can send us an email and we'll get back to you, asap.

Not readable? Change text. captcha txt

Start typing and press Enter to search

X