{"id":1106,"date":"2013-08-05T18:57:39","date_gmt":"2013-08-05T11:57:39","guid":{"rendered":"http:\/\/arkipel.org\/?page_id=1106"},"modified":"2017-08-08T04:08:17","modified_gmt":"2017-08-07T21:08:17","slug":"diskusi-publik-kritik-dalam-sinema","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/arkipel.org\/diskusi-publik-kritik-dalam-sinema\/","title":{"rendered":"Diskusi Publik: Kritik dalam Sinema"},"content":{"rendered":"
Agenda<\/small> Pembicara Speakers<\/i><\/span><\/small> Moderator<\/small> Pada permulaan abad 21, kita bersama telah menyaksikan dan menjadi saksi mata akan adanya perubahan signifikan yang terjadi baik dalam bidang teknologi, komersial, estetika, politik, dan dimensi sosial lainnya pada filem dokumenter yang diproduksi. Keragaman tema dan\/atau objek begitu luas tidak hanya untuk merekam peristiwa tetapi juga menjadi pelaku peristiwa\u00a0 tersebut. Kemajuan dan penyebarluasan alat produksi filem dokumenter tidak lagi dibatasi oleh\u00a0 medium seluloid saja. Hadirnya teknologi digital berupa alat rekam, editing, maupun media distribusi online macam YouTube dan Vimeo hadir dengan intim dalam jangkauan jari. Kemudahan\u00a0 dalam memproduksi filem ini mengantarkan kita kepada satu era produksi filem secara besar- besaran. Namun kuantitas ini berbanding terbalik dengan kualitas. Hanya sedikit dari seluruh jumlah filem yang diproduksi dari tahun ke tahun yang dibuat atas pertimbangan sinematik dan estetika.<\/p>\n Kritik filem kemudian menjadi media apresiasi penting bagi penulisan sejarah perfileman, ia mengungkap bagaimana reaksi dan pembacaan suatu masa terhadap filem. Sayangnya,\u00a0 lebih\u00a0 mudah\u00a0 merunut\u00a0 sejarah\u00a0 perfileman\u00a0 dibanding\u00a0 merunut sejarah penulisan kritik\u00a0 perfileman di Indonesia. Maka diskusi ini akan mengajak praktisi penulisan kritik filem lintas generasi dan lintas wilayah dan untuk merumuskan kembali pentingnya penulisan sejarah perfileman melalui kritik filem.<\/p>\n<\/div>\n[\/vc_column_text][\/vc_column][\/vc_row]\n<\/div>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":" Kritik filem kemudian menjadi media apresiasi penting bagi penulisan sejarah perfileman, ia mengungkap bagaimana reaksi dan pembacaan suatu masa terhadap filem.<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":0,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"_jetpack_memberships_contains_paid_content":false,"footnotes":"","jetpack_publicize_message":"","jetpack_publicize_feature_enabled":true,"jetpack_social_post_already_shared":true,"jetpack_social_options":{"image_generator_settings":{"template":"highway","enabled":false},"version":2}},"categories":[361,359],"tags":[12],"jetpack_publicize_connections":[],"yoast_head":"\n
\n28\/8\/2013
\nTeater Studio, Teater Kecil – TIM<\/strong>
\n16.00 \u2013 17.30<\/p>\n
\nHikmat Darmawan<\/b> (Pemerhati Filem & Komik) &
\nRiri Riza <\/b>(Sutradara Filem)<\/p>\n
\nAdrian Jonathan<\/b> (Penulis)<\/p>\n[\/vc_column_text][\/vc_column][vc_column width=”2\/3″][vc_column_text disable_pattern=”true” align=”left” margin_bottom=”0″]\n