{"id":11300,"date":"2021-12-20T19:44:07","date_gmt":"2021-12-20T12:44:07","guid":{"rendered":"https:\/\/arkipel.org\/?p=11300"},"modified":"2021-12-20T19:44:07","modified_gmt":"2021-12-20T12:44:07","slug":"twilight-zone-award-winners","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/arkipel.org\/twilight-zone-award-winners\/","title":{"rendered":"ARKIPEL Twilight Zone Award Winners – Jury Statements"},"content":{"rendered":"[vc_row][vc_column][vc_tabs][vc_tab title=”Bahasa Indonesia” tab_id=”1503218961-1-46″][vc_column_text title=”Pernyataan Juri” css=”.vc_custom_1640004051814{margin-bottom: 0px !important;}”]\n
\n
\n

Peransi Award<\/b><\/p>\n

Peransi Award tahun ini diberikan kepada filem ICUCICU<\/strong> karya Charlotte Hong<\/strong> dan Giuliana Foulkes<\/strong>. Para juri terkesan dengan filem animasi buatan tangan yang unik, feminis, segar, dan menyenangkan ini, yang membawa penonton ke negeri dongeng dengan karakter eksentrik, kekuatan magis, dan pesan teks feminin sekaligus mengomentari jaringan neo-kolonialisme.<\/span><\/p>\n

Jury Award<\/b><\/p>\n

Jury Award Arkipel \u2013 Twilight Zone diberikan kepada sebuah filem yang mengeksplorasi mikrokosmos dengan segala intensitasnya \u2013 dengan kelincahan dan kelembutan, kesiapan untuk berinteraksi yang penuh rasa ingin tahu dan bebas dari welas asih yang palsu. Pilihan bentuknya mungkin konvensional, tetapi sangat tepat untuk menciptakan pengalaman setinggi tatapan mata: Flox<\/strong> oleh Hady Mahmoud<\/strong>\u00a0telah meyakinkan juri dengan pendekatannya yang penuh hormat, energik, dan semangat serta wawasan yang ditawarkannya ke dunia pengemudi minibus Mesir.<\/span><\/p>\n

Tahun ini, juri memutuskan untuk memberikan Special Mention dalam kategori ini yang diberikan kepada sebuah filem yang cara rumitnya dalam mendeteksi dan memperkuat jejak trauma dan politik dalam memori pribadi, juga membuka jendela kecil utopia masa lalu dan masa depan. Memberikan kontur yang digambar dengan tajam pada apa yang ada dalam nuansa jiwa, Ink in Milk<\/strong> oleh Gernot Wieland<\/strong> langsung terhubung ke ingatan masa kecil kita sendiri dan cara ingatan tersebut membentuk kita hari ini.<\/span><\/p>\n

ARKIPEL Award\u00a0<\/b><\/p>\n

ARKIPEL Award tahun ini jatuh pada filem Curupira, bicho do mato (Curupira, creature of the woods)<\/strong> yang disutradarai oleh F\u00e9lix Blume<\/strong>. Dengan makhluk Curupira dalam cerita rakyat Brasil yang hanya dapat ditemukan di hutan hujan, filem ini menghubungkan suara hutan yang tak terlihat namun terdengar dan cerita lisan dalam struktur yang sederhana dan mendalam. Dunia metaforis ini mengingatkan kita pada krisis Amazon yang sedang mengalami penghancuran oleh dunia luar. Kami menganggap bahwa filem ini, yang memungkinkan kami untuk mendengar cerita di ranah etnografis dan puitis sebagai suara daripada gambar, berhasil membimbing kami ke dunia imajinasi yang misterius dan kaya.<\/span><\/p>\n

Forum Lenteng Award<\/b><\/p>\n

Tahun ini, filem yang kami pilih untuk Forum Lenteng Award mampu menangkap lokalitas dengan cara yang menyenangkan. Para pembuat filem berhasil mengundang subjek-subjek dalam filem untuk mengartikulasikan lingkungan mereka melalui lensa mereka sendiri, melalui pembingkaian yang menyerupai permainan. Bagi beberapa di antara kami, filem ini mengingatkan kami kembali akan keceriaan-keceriaan yang hadir dalam membuat filem. Penerima penghargaan Forum Lenteng Award tahun ini adalah filem Anak Merak<\/strong> karya Saleksa Srengenge<\/strong>.<\/span><\/p>\n