{"id":12704,"date":"2024-08-24T12:03:19","date_gmt":"2024-08-24T05:03:19","guid":{"rendered":"https:\/\/arkipel.org\/?p=12704"},"modified":"2024-08-25T12:21:41","modified_gmt":"2024-08-25T05:21:41","slug":"city-sensation","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/arkipel.org\/city-sensation\/","title":{"rendered":"Forum Festival Panel 2: Looking at the City Sensation from the Relationship between People and Their Environment"},"content":{"rendered":"[vc_row][vc_column][vc_tta_tabs][vc_tta_section title=”Bahasa Indonesia” tab_id=”1672356843695-e131d52d-9a0e”][vc_column_text title=”Forum Festival Panel 2: Melihat Sensasi Kota dari Hubungan Manusia dan Lingkungannya” css=”.vc_custom_1724563291276{margin-bottom: 0px !important;}”]Bagi tubuh yang terbiasa santai dengan runitas harian yang terbilang berjalan lambat di sebuah desa, kota menjadi sangat asing dan represif bagi tubuh-tubuh yang tidak terbiasa dengan kondisi tersebut. Bangunan yang tinggi menjulang dan transportasi yang bergerak cepat, secara intuitif memaksa tubuh-tubuh yang tak terbiasa dengan itu semua, menerimanya menjadi bagian dari rutinitas hariannya. Kota yang hadir dari hasil modernisasi yang berawal dari perkembangan industri membawa tubuh manusia menerima kebisingan dan objek-objek hasil dari industri yang bergerak secara cepat.<\/p>\n
Pada Kamis, 22 Agustus 2024, saat rangkaian Forum Festival ARKIPEL Garden of Earthly<\/em> Delights \u2013 11th<\/sup> Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival<\/em>. Panel kedua yang dimulai jam 15:15 bertemakan \u201cSensasi Kota\u201d, Ali Satri Efendi<\/strong> sebagai moderator membawa hadirin melihat persentasi para narasumber yang bercerita tentang bagaimana kota memantik sensori manusia.<\/p>\n Inderawi manusia yang sangat komplek membawa tubuh mereka merespon kehadiran objek-objek yang mereka temui. Objek-objek itu tidak hanya dilihat melalui visual saja namun kehadirannya dapat juga dirasakan tubuh melalui suara, suhu dan udara yang telah menjadi bagian dari lingkungan kota. Kehadiran semua objek itu mamantik sensori manusia yang berkelindan di dalamnya menjadi sebuah bentuk pertahanan tubuh baru atau bisa disebut bermutasi.<\/p>\n Marco Kusumawijaya<\/strong> yang seorang arsitek dengan persentasenya yang berjudul \u201cPerception Is Historically Contextual<\/em>\u201d menjelaskan bagaimana sejarah kota dari melalui berbagai macam visual, memperlihatkan kota-kota dengan segala hiruk pikuk dan bagaimana fungsional taman-taman yang menjadi bagian dari kota. Para hadirin dibawa melihat arsip foto dari Jean Demmeni<\/strong> dan Kassian Cephas<\/strong> pada saat masa kolonial, dua perspektif antara warga lokal dan orang asing\u00a0 dalam memotret bangunan. Kassian Cephas yang merupakan Orang Jawa memotret bangunan dengan memasukkan nuansa pohon ke dalam framenya, sedangkan Jean Demmeni yang merupakan orang asing mengambil gambar bangunan dengan cara yang sebaliknya.\u00a0 Hal ini memperlihatkan jukstaposisi di antara mereka dalam memotret bangunan yang berkelindan dengan alam. Mungkin bisa disimpulkan bahwa sensori tubuh-tubuh mereka juga berdistraksi dengan lingkungannya sehingga mempengaruhi mereka dalam mengambil objek gambar di lokasi tersebut. Marco juga membahas tentang bagaimana taman sudah menjadi bagian dari perkembangan kota dari dulu, taman menjadi bagian bangunan kota terkadang menjadi tempat yang spiritual bagi penghuninya.<\/p>\n Yola Yulfianti<\/strong> yang mempunyai background<\/em> seorang penari, mempresentasikan bagaimana ia yang tinggal di kota merasa tubuhnya terpisah dari identitas asalnya. Yola yang tinggal di lingkungan urban merasa tidak mempunyai identitas kesukuan tertentu,\u00a0 hal ini menginspirasinya untuk membuat sebuah project<\/em> yang berjudul \u201cSuku Yola\u201d, sebuah filem dalam upayanya menciptakan sukunya sendiri, sebagai respon terhadap klaim identitas.<\/p>\n Ia merespon suasana kota dengan performa tubuhnya, mendistraksi kebisingan dan merespon visual-visual kota yang ia tinggali. Yola menggunakan sensori tubuhnya dengan gerak koreografi dalam mencari perbedaan antara urban dan rural. Hal ini membawa ia ke sebuah jawaban bahwasanya ada sistem yang membuat tubuh merasa terpisah dengan lingkungannya atau terkadang bermutasi mengikuti perubahan lingkungannya.<\/p>\n Ali Hussein Aladawy<\/strong> yang merupakan seorang scholar<\/em> dari Mesir menjelaskan dalam presentasinya bagaimana editing<\/em> dalam sebuah filem dapat memperlihatkan seluk beluk kota dan sistem yang bekerja di dalamnya. Filem yang dijelaskan Ali berjudul Life or Death<\/em> (1954) karya Kamal El Sheikh<\/strong>, memperlihatkan bagaimana gerak objek-objek yang ada di dalam filem tersebut memantik sensori penonton tentang seluk beluk kota pasca Perang Dunia ke II. Dan juga filem ini menampilkan objek-objek modernitas dapat mempengaruhi tubuh manusia merespon objek yang tadinya asing dan akhirnya secara sistematis\u00a0 menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kota.<\/p>\n Di hari sama saat diskusi berlangsung, tubuh-tubuh yang merasa jengah dengan keadaan politik negaranya, memantik sensori mereka untuk meresponnya dengan melakukan demonstrasi di sebuah gedung yang diisi oleh para wakil rakyat. Dan tentunya kehadiran kota sebagai representasi dari modernitas, membawa manusia menemukan sensasinya tersendiri dalam menghadapi masalah yang terjadi di lingkungannya. Tubuh-tubuh\u00a0 yang telah bermutasi dengan lingkungannya membawa pada sebuah kesimpulan bagaimana terbentuk sebuah sistem kota, memaksa intuitif manusia membentuk segala aspek penyesuaian dengan segala gerak laju modernitas kota. Pilihan manusia dalam hal ini adalah mencoba untuk terus keluar dari koridor yang\u00a0 dibentuk oleh sistem dan menciptakan koridor-koridor mereka sendiri dalam menentukan arah modernitas yang sesuai dengan penalaran manusia. Hari yang sudah menuju waktu magrib, mengartikan tubuh-tubuh manusia juga dibatasi oleh waktu sehingga berakhir sudah diskusi pada hari ini.[\/vc_column_text][\/vc_tta_section][vc_tta_section title=”English” tab_id=”1672356843702-2655322e-0974″][vc_column_text title=”Forum Festival Panel 2: Looking at the City Sensation from the Relationship between People and Their Environment” css=”.vc_custom_1724476051894{margin-bottom: 0px !important;}”]For those bodies accustomed to the relatively slow pace of daily life in a village, the city becomes unfamiliar and repressive for the bodies unaccustomed to such conditions. Towering buildings and fast-moving transportation intuitively force bodies that are unused to such things to accept them as part of their daily routine. The city, which is the result of modernization that began with the development of industry, brings the human body to accept the noise and objects produced by the rapidly growing industry.<\/p>\n On Thursday, August 22, 2024, during the Festival Forum at ARKIPEL Garden of Earthly Delights – 11th Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival<\/em>. The second panel started at 15:15 with the theme \u201cCity Sensation\u201d, Ali Satri Efendi<\/strong> as the moderator brought the audience to see the presentations of the speakers who talked about how the city triggers human senses.<\/p>\n Human senses are incredibly complex, leading their bodies to respond to the presence of objects they encounter. These objects are not only seen visually but also felt through sound, temperature and air that have become part of the city environment. The presence of all these objects trigger the human senses that are intertwined therein to form a new defensive body or can be called mutated.<\/p>\n Marco Kusumawijaya<\/strong> who is an architect in his presentation titled \u201cPerception Is Historically Contextual\u201d explained how the history of cities through various visuals, showing cities in all their hustle and bustle and how functional parks are part of the city. The audiences were shown the photo archives of Kassian Cephas<\/strong> and Jean Demmeni<\/strong> during the colonial period, the two perspectives of a local and a foreigner in photographing buildings. Kassian Cephas who grew in the Ngayogyakarta Sultanate, photographed the building by incorporating the feel of a tree into his frame, while Jean Demmeni, who was a foreigner, photographed the building in the opposite way. This showed the juxtaposition between them in photographing buildings intertwined with nature. Perhaps it can be inferred that their sensory bodies were also distracted by the environment, which influenced them in taking pictures of the location.<\/p>\n Marco also discussed how parks have been part of the city’s development for a long time, parks being part of the city’s buildings sometimes became a spiritual place for its residents.<\/p>\n Yola Yulfianti<\/strong>, who has a background as a dancer, presented how she – who lives in the city – feels that her body is separated from her original identity. She feels that she does not have a specific tribal identity, which inspired her to create a project entitled \u201cSuku Yola\u201d, a film in her attempt to create her own tribe, as a response to identity claims.<\/p>\n She responds to the city with her body performance, distracting from the noise and responding to the visuals of the city she lives in. Yola uses her body’s senses with choreographic movements to find the difference between urban and rural. This leads her to the answer that there is a system that makes the body feel separate from its environment or sometimes mutates to follow the changes in its environment.<\/p>\n Ali Hussein Aladawy<\/strong>, a scholar from Egypt, explained in his presentation how editing in a movie can show the subtle nuances of the city and the systems that work in it. The movie Ali explained was titled Life or Death<\/em> (1954) by Kamal El Sheikh<\/strong>, showing how the motion of objects in the movie triggered the audience’s senses about the ins and outs of the city after World War II. The film also shows how objects of modernity can influence the human body to respond to objects that were once foreign and eventually systematically become part of urban life.<\/p>\n On the same day that the discussion took place, the bodies that were feeling disgusted with the political situation of their country, triggered their senses to respond by demonstrating in a building filled with representatives of the people. And of course the presence of the city as a representation of modernity, brings people to find their own sensation in dealing with problems that occur in their environment. The bodies that have mutated with their environment bring to a conclusion how a city system is formed, forcing intuitive humans to form all aspects of adjustment with all the movements of the city’s modernity. The human choice in this case is to try to continue to get out of the corridors formed by the system and create their own corridors in determining the direction of modernity in accordance with human reasoning. The day was quickly approaching maghrib time, meaning that human bodies were also limited by time, so the discussion ended on that day.[\/vc_column_text][\/vc_tta_section][\/vc_tta_tabs][\/vc_column][\/vc_row][vc_row][vc_column][vc_gallery interval=”3″ images=”12712,12711,12710,12709,12708,12707,12706,12705″ img_size=”full”][\/vc_column][\/vc_row]\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":" [vc_row][vc_column][vc_tta_tabs][vc_tta_section title=”Bahasa Indonesia” tab_id=”1672356843695-e131d52d-9a0e”][vc_column_text title=”Forum Festival Panel 2: Melihat Sensasi Kota dari Hubungan Manusia dan Lingkungannya” css=”.vc_custom_1724563291276{margin-bottom: 0px !important;}”]Bagi tubuh yang terbiasa santai dengan runitas harian yang terbilang berjalan lambat di sebuah desa, kota menjadi sangat asing dan represif bagi tubuh-tubuh yang tidak terbiasa dengan kondisi tersebut. Bangunan yang tinggi menjulang dan transportasi yang bergerak […]<\/p>\n","protected":false},"author":178,"featured_media":12711,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"_jetpack_memberships_contains_paid_content":false,"footnotes":"","jetpack_publicize_message":"","jetpack_publicize_feature_enabled":true,"jetpack_social_post_already_shared":true,"jetpack_social_options":{"image_generator_settings":{"template":"highway","enabled":false},"version":2}},"categories":[687,672,384,1,307,536,359,349],"tags":[710,674,706,675,708,707,709],"jetpack_publicize_connections":[],"yoast_head":"\n