{"id":1429,"date":"2013-08-23T12:40:24","date_gmt":"2013-08-23T05:40:24","guid":{"rendered":"http:\/\/arkipel.org\/?p=1429"},"modified":"2017-08-08T03:53:04","modified_gmt":"2017-08-07T20:53:04","slug":"sisi-lain-sinema-di-arkipel-film-festival","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/arkipel.org\/sisi-lain-sinema-di-arkipel-film-festival\/","title":{"rendered":"Sisi Lain Sinema di ARKIPEL Film Festival"},"content":{"rendered":"
A<\/span>khir Agustus ini, edisi perdana ARKIPEL International Documentary & Experimental Film Festival siap meramaikan perfileman nasional. Festival yang diselenggarakan Forum Lenteng ini akan berlangsung selama enam hari, dari 24 sampai 30 Agustus, di lima titik di Jakarta: Goethe-Institut, Kineforum dan Teater Kecil di Taman Ismail Marzuki, serta Sinematek Indonesia dan Usmar Ismail Hall di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail. Total ada 75 filem dari 29 negara yang akan diputar; semua pemutaran gratis.<\/p>\n 36 filem peserta merupakan hasil seleksi International Competition, dan empat di antaranya menjadi pembuka ARKIPEL di Goethe-Institut:\u00a0Climax\u00a0<\/em>(Shinkan Tamaki-Jepang),\u00a0Les fantomes de l\u2019escarlate\u00a0<\/em>(Julie Nguyen Van Qui-Prancis),\u00a0Momentum\u00a0<\/em>(Boris Seewald-Jerman), dan\u00a0Hermeneutics<\/em>\u00a0(Alexei Dmitriev-Russia). Ada pula tiga filem Indonesia yang akan ikut berkompetisi:\u00a0Perampok Ulung\u00a0<\/em>(Marjito Iskandar Tri Gunawan),\u00a0Canggung\u00a0<\/em>(Tunggul Banjaransari), dan\u00a0The Flaneurs #3\u00a0<\/em>(Aryo Danusiri).\u00a0<\/em><\/p>\n 39 filem lainnya terbagi dalam program-program kuratorial, pemutaran khusus, serta presentasi hasil kerjasama dengan Images Festival dan Bangkok Experimental Filem Festival. Ada sepuluh program kuratorial yang ARKIPEL sajikan; masing-masing membahas satu sampai tiga filem dalam suatu kerangka pembacaan sosial, politik, budaya, sejarah, maupun estetika sinema. Harapannya, pembacaan ini bisa menjadi poin diskusi sendiri di kalangan penonton. Total ada tujuh filem Indonesia yang akan diputar dan didedah dalam program-program kuratorial ini:\u00a0Anak Sabiran, Di Balik Cahaya Gemerlapan\u00a0<\/em>(Hafiz Rancajale<\/a>, 2013);\u00a0Apa Jang Kau Tjari, Palupi?<\/a>\u00a0<\/em>(Asrul Sani<\/a>, 1969);\u00a0Denok & Gareng\u00a0<\/em>(Dwi Sujanti Nugraheni, 2012);\u00a0Negeri di Bawah Kabut\u00a0<\/em>(Shalahudin Siregar, 2011);\u00a0Dongeng Rangkas\u00a0<\/em>(Forum Lenteng, 2011); dan\u00a0Naga yang Berjalan di Atas Air\u00a0<\/em>(Otty Widasari<\/a>, 2012).<\/p>\n Salah satu pemutaran khusus di ARKIPEL adalah pemutaran perdana\u00a0Elesan deq a Tutuq\u00a0<\/em>(Jejak yang Tidak Berhenti<\/em>), dokumenter hasil kolaborasi\u00a0Syaiful Anwar<\/a>, Gelar Agryano Soemantri, dan Muhammad Sibawaihi. Filem ini bercerita tentang pergaulan sosial masyarakat Sasak di Desa Pemenang, Lombok, menghadapi budaya baru yang dibawa wisatawan-wisatawan asing beberapa tahun belakangan.<\/p>\n Selain memutar filem, ARKIPEL turut mengadakan forum-forum diskusi, terbuka untuk umum, membahas isu-isu terkini dalam perfileman nasional. Ada tiga topik yang dibahas dalam penyelenggaaan festival kali ini: pengarsipan filem, aktivisme lewat sinema, dan kritik filem.<\/p>\n Jadwal pemutaran filem dan kegiatan ARKIPEL selengkapnya dapat dilihat di\u00a0situs resmi festival<\/a>.<\/p>\n ARKIPEL merupakan respons Forum Lenteng terhadap perkembangan global dalam konteks sosial, politik, ekonomi, dan budaya melalui sinema dokumenter dan eksperimental. Hafiz Rancajale, selaku direktur artistik festival, menjelaskan bahwa \u201cGagasan festival ini adalah menyuarakan bagaimana persoalan-persoalan kebudayaan dapat dibaca dalam kurun waktu tertentu. Idealnya, festival filem dapat menjadi\u00a0event\u00a0<\/em>yang menghadirkan capaian puncak sutradara-sutradara dari berbagai kalangan, baik secara estetika dan kontennya.\u201d<\/p>\n Forum Lenteng<\/a>\u00a0sendiri, berdomisili di Lenteng Agung, Jakarta, dikenal sebagai komunitas yang aktif bergerak dalam pembangunan basis pengetahuan sinema di Indonesia. Program-program mereka, dalam sepuluh tahun terakhir, dekat dengan pengkajian fenomena sosial-budaya lewat medium filem dan pemberdayaan komunitas di daerah-daerah. Tiga di antaranya: akumassa, Senin Sinema Dunia, dan DOC Files!.<\/p>\n Forum Lenteng dengan tegas menggariskan gagasan sinematik yang ingin ditampilkan dan didiskusikan dalam ARKIPEL. \u201cFilem dokumenter yang dimaksud Forum Lenteng adalah filem dokumenter yang merujuk pada bahasa filem yang berlaku dalam tradisi sinema, bukan filem dokumenter televisi. Dalam tradisi sinema, filem dokumenter juga dapat menghadirkan drama, konflik, imajinasi, dan ruang kritik bagi penonton. Hal ini tentu berkaitan dengan bagaimana eksperimentasi bahasa sinema yang dilakukan oleh sutradara dalam mengemas kenyataan,\u201d tutur Hafiz, \u201cSedangkan filem eksperimental yang dimaksud Forum Lenteng adalah bagaimana eksperimentasi medium dan konten dalam filem menghadirkan kebaruan secara estetika. Hal ini merujuk pada sejarah sinema\u00a0avant-garde<\/em>\u00a0dalam sejarah sinema dunia. Eksperimentasi di sini, bukan hanya dalam konteks filemnya saja, namun juga bagaimana filem digunakan dalam tindakan yang mengaktivasi persoalan-persoalan sosial kebudayaan di ranah publik.\u201d<\/p>\n Yuki Aditya, direktur festival, mengharapkan ARKIPEL bisa jadi titik temu antara khalayak dan filem-filem yang tak biasa ditemukan. \u201cNiat kita membuat festival selain untuk mencari \u2018suara-suara\u2019 baru berbakat dalam membuat filem dan bereksperimentasi dengan mediumnya, juga sebagai ruang diskusi yang lebih luas. Luas dalam artian menyebarluaskan pengetahuan tentang filem dokumenter dan eksperimental ke audiens lebih banyak dari sekedar di Forum Lenteng saja dan juga eksposur terhadap filem-filem yang selama ini belum banyak diketahui banyak orang. Dengan kata lain, menyediakan alternatif tontonan dan menyediakan ruang diskusi alternatif untuk orang-orang yang suka menonton filem.\u201d<\/p>\n[mk_divider style=”single” divider_color=”#dddddd” divider_width=”full_width” margin_top=”20″ margin_bottom=”20″]\n Sumber:\u00a0http:\/\/filmindonesia.or.id\/article\/sisi-lain-sinema-di-arkipel-film-festivalPembacaan Sosial<\/strong><\/h4>\n
\n<\/a>