{"id":2900,"date":"2014-09-13T23:59:40","date_gmt":"2014-09-13T16:59:40","guid":{"rendered":"http:\/\/arkipel.org\/?p=2900"},"modified":"2017-08-02T20:25:23","modified_gmt":"2017-08-02T13:25:23","slug":"berkarya-dari-secangkir-kopi-dan-sekilat-cahaya","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/arkipel.org\/berkarya-dari-secangkir-kopi-dan-sekilat-cahaya\/","title":{"rendered":"Berkarya dari Secangkir Kopi dan Sekilat Cahaya"},"content":{"rendered":"
JAKARTA, ARKIPEL, Forum Lenteng<\/strong> \u2014 Berlangsung di gedung laboratorium Produksi Film Negara (PFN) yang bersejarah di Jalan Otto Iskandar Dinata, Jatinegara, Jakarta Timur, lokakarya pemrosesan filem yang menjadi lokakarya kedua dalam rangkaian kegiatan ARKIPEL Electoral Risk<\/em> \u2013 Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival 2014. Lokakarya ini diselenggarakan oleh Lab Laba-Laba, yang mana Gedung lab PFN ini merupakan markas mereka. Sejak Februari, 2014, Lab Laba-Laba telah mengadakan beragam kegiatan menyangkut pengenalan, eksplorasi, dan interpretasi terhadap filem analog. Lokakarya tersebut diadakan pada hari Sabtu, 13 September, 2014.<\/p>\n Bertujuan untuk memperluas pengetahuan tentang teknik pemrosesan filem analog yang sederhana dan dapat dibuat sendiri di rumah, lokakarya ini memperkenalkan Rayogram dan Caffenol-C. Rayogram sendiri merupakan proses menciptakan gambar di ruang gelap menggunakan benda-benda temuan kecil yang diletakkan langsung di atas seluloid dan kemudian disinari hanya dalam sepersekian detik. Caffenol-C merupakan cairan pemroses gambar yang dibuat dengan secangkir kopi, vitamin C, dan washing soda.<\/p>\n Lokakarya dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama diikuti oleh empat peserta. Dua orang pertama adalah pasangan suami istri yang juga seorang pekerja filem, sedangkan dua peserta lainnya datang dari Galeri Antara. Pemandu di sesi ini adalah Hasumi Shiraki, serta Tumpal, Alin, dan Frans dari Lab Laba-Laba. Untuk sesi kedua, dihadiri oleh tiga peserta, dan dibimbing lengkap oleh Scott Miller Berry, Richard Tuohy dan Diana Barrie.<\/p>\n Pada awal lokakarya, mereka diajak untuk meracik campuran caffenol-c. Sambil diberikan arahan oleh Hasumi dan Tumpal, mereka memanaskan air, dan kemudian dipisah untuk dicampur dengan kopi instan, vitamin c, dan washing soda. Pesertapun bersenda gurau dengan memperagakan gaya presenter acara memasak sambil menuang bahan-bahan. Kemudian, alih-alih diaduk dengan sendok seperti biasanya membuat kopi, pemandu dari Lab Laba-Laba menyempatkan untuk unjuk kebolehan salah satu koleksi laboratorium mereka, yakni mesin pengaduk magnetis.\u00a0 Cara kerja mesin itu mengundang decak kagum para peserta di sana: hanya perlu menjatuhkan batangan magnet kecil ke dalam tabung, mesin dibawahnya kemudian menggerakkan\u00a0 isi tabung berkat daya magnetis antar mesin dan magnet tersebut. Setelah itu, campuran dipindahkan dan diamkan agar tidak terlalu panas.<\/p>\n Sembari menunggu dingin caffenol-c yang telah dibuat, peserta diajak ke kamar gelap untuk dijelaskan mengenai prinsip kerja Rayogram. Masing-masing pasangan peserta mendapatkan 10 meter rol filem 16mm, untuk membuat filem sepanjang 15 detik. Dalam keadaan gelap total, terkecuali dibantu dengan lampu merah, pita seluloid digelar di atas meja dan ditimpa dengan berbagai benda-benda kecil. Panitia telah menyediakan berbagai manik-manik untuk digunakan peserta, namun ternyata Panda dan Sofi dari Galeri Antara, telah membawa mainan-mainan Lego sendiri \u00a0untuk digunakan pada pita mereka. Setelah diletakkan di atas pita, para mentor membantu menyinari pita dengan waktu yang pas, yakni tidak sampai sedetik.<\/p>\n Setelah semua pita telah disinari, pita digulung masuk ke dalam lomo tank, sebuah alat untuk mencuci filem. Lampu kemudian dinyalakan, memperlihatkan meja mereka yang berantakan setelah bekerja di dalam gelap.<\/p>\n \u201cNanti jangan lupa diberesin ya?\u201d canda mentor sambil berpura-pura meninggalkan mereka di kamar gelap.<\/p>\n Peserta pun tertawa sambil melihat lantai yang dipenuhi pernak-pernik mereka yang berjatuhan. Bekerja dalam gelap inilah yang menjadi sensasi menyenangkan dan khas dari teknik Rayogram ini. Penulis sendiri sampai beberapa kali menabrak dinding saat mencoba masuk melihat kerja peserta.<\/p>\n Peserta kemudian diajak untuk kembali ke lab untuk mencuci filem. Lomotank membuat kerja tersebut menjadi lebih praktis, hanya perlu mengisi caffenol-c ke lubang di tengahnya, lalu memutar tombol dengan hitungan tertentu untuk mengaduk cairan di dalamnya, kemudian memanfaatkan prinsip ketinggian air: mengangkat lomo tank dan menurunkan selang yang tersambung dari lomo tank ke arah wastafel untuk membuang cairan. Setelah itu, lomo tank diisi air untuk mencuci sisa caffenol-c. Setelah bersih, lomotank diisi cairan fixer untuk menghentikan proses dari caffenol-c, kemudian dibuang. Setelah dibersihkan lagi dengan, air, filem dikeluarkan dan dijemur.<\/p>\n Peserta dan mentor pun akhirnya dapat mengagumi hasil karya lokakarya ini. Dua teman yang menggunakan mainan Lego tadi puas dengan karya mereka, dan mendapat sanjungan dari panitia. \u00a0Kurang beruntung bagi pasangan satunya, yang beberapa bagian seluloidnya tidak terlihat akibat penyinaran terlalu lama.<\/p>\n Panitia dan sang istri pun bergurau, \u201cSudah\u2026sudah\u2026! Rumput tetangga memang lebih hijau! Hahaha!\u201d, saat si suami menatap kagum hasil peserta lain yang berhasil.<\/p>\n Panda dan Sofi tertarik mengikuti lokakarya ini sebagai kelanjutan dari pendidikan yang telah mereka dapat di Galeri Antara. Sedangkan peserta lain yang juga seniman dan pembuat filem, merasa perlu untuk mendapat workshop ini demi menunjang profesi mereka.<\/p>\n Scott Miller Berry, Direktur dari IMAGES Festival, melihat lokakarya ini sebagai pembuka kesempatan bagi perupa untuk terlibat dalam proses penciptaan filem secara mandiri.\u00a0 \u201cSeringkali seniman hanya merekam, kemudian mengirim bahannya ke lab untuk diproses oleh para ahli, oleh orang lain. Melalui pendidikan ini, seniman dapat bekerja sendiri dan mengalami sendiri proses penciptaan tersebut hingga akhir,\u201d jelasnya.<\/p>\n Sebagai salah satu pembimbing di lokakarya ini, Scott memiliki latar belakang fotografi di masa kuliah dan mengajar di residensi tahunan di Toronto Utara, Kanada, bernama Film Farm, di mana para residen mengikuti lokakarya intensif selama seminggu di musim panas, dengan seluloid 16mm hitam-putih, dan pemrosesan manual, di mana para seniman juga dapat bereksperimen dengan mewarnai filem tersebut. \u00a0Selasa yang akan datang, Scott juga akan memberikan workshop mengenai tinting <\/em>dan dyeing <\/em>tersebut.<\/p>\n \u201cSaya sangat suka berada di kamar gelap,\u201d aku Scott. \u201cSaya sangat menyukai pengalaman berada di kegelapan, melihat gambar menjadi hidup dengan campuran-campuran kimia. Sungguh ruangan yang sangat meditatif menurut saya.\u201d<\/p>\n