{"id":3094,"date":"2014-09-22T14:15:41","date_gmt":"2014-09-22T07:15:41","guid":{"rendered":"http:\/\/arkipel.org\/?p=3094"},"modified":"2017-08-02T20:09:59","modified_gmt":"2017-08-02T13:09:59","slug":"pernyataan-juri","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/arkipel.org\/pernyataan-juri\/","title":{"rendered":"Pernyataan Juri"},"content":{"rendered":"
ARKIPEL Award<\/strong> diberikan kepada filem terbaik secara umum, yang dalam penilaian dewan juri mengandung pencapaian artistik disertai kekuatan potensialnya untuk memaknai pilihan perspektif kontekstualnya, yang menantang suatu diskursus bagi cara pandang yang sanggup menggerakkan keterlibatan emosional dan nalar kita akan kondisi tertentu, yang diungkapkan melalui sebuah filem. Filem yang mendapat penghargaan ini dipandang dapat mewakili pernyataan ARKIPEL akan nilai-nilai yang ditawarkan oleh dunia artistik terhadap gambaran dunia yang disatu sisi telah sama-sama disepakati, namun di sisi lain, menuntut untuk saling didefinisikan dan didefinisikan kembali.<\/p>\n <\/a><\/p>\n Filem Asier ETA Biok, <\/em>karya Amaia Merino & Aitor Merino (Spanyol\/Ekuador) menggagas isu persoalan yang besar \u2014meskiun tidak baru\u2014 dengan cakupan yang lebih luas dari sekadar konflik wilayah, namun dapat keluar dari kungkungan kompleksitas masalah itu sendiri. Filem ini melihat kemungkinan-kemungkinan di masa yang datang dan masa lalu. Filem ini menerapkan suatu disiplin dan ketelitian yang tinggi dalam proses penyuntingan, mengingat kompleksitas latar persoalannya yang mengangkat isu dari dua wilayah dalam waktu yang cukup panjang dan berasal dari dokumentasi-dokumentasi personal. Selain lebih menantang dibandingkan 28 karya lainnya, implementasi isu yang dilakukan filem ini tersebut ke dalam form<\/em>, dengan memanfaatkan arsip, muncul dalam gaya bahasa yang cerewet sebagai pilihan estetikanya sehingga dapat memberikan gambaran paling riil akan hal \u201cmemilih\u201d, sehubungan dengan pilihan-pilihan yang sifatnya baik pribadi maupun politis, yang berkembang dan melekat di kehidupan orang-orang.<\/p>\n –<\/p>\n Jury Award<\/strong> diberikan kepada filem terbaik versi pilihan dewan juri, dengan mempertimbangkan kesegaran serta keunikan bahasa ungkap yang dalam tingkatan tertenty mencapai kematangan personal dalam menyingkapkan dan mengkomunikasikan pengalaman estetis, pergulatan terhadap konten, serta penjelajahan subjektif akan teks\/konteks dari dua aspek tersebut ke dalam realitas terkininya.<\/p>\n <\/a><\/p>\n Filem Genre Sub Genre<\/em>, karya Yosep Anggi Noen (Indonesia), bermain-main dalam konteks sinema sehingga memancing kita untuk melihat sesuatu yang jauh lebih serius. Pengemasannya dilakukan dengan baik, meneliti dan mendedah sebuah isu secara tidak langsung. Di satu sisi, filem ini merefleksikan persoalan-persoalan yang terikat pada karya tersebut, tetapi secara bersamaan dapat keluar dari konteks yang sempit karena kepiawaiannya dalam bermain secara visual: berani memfiksikan arsip dengan cara yang tidak umum atau tidak biasa, sebagaimana yang dikenal oleh masyarakat. Selain itu, cara dan gaya eksperimentasi semacam ini menjadi penting dan perlu lebih sering didukung untuk memperkaya bahasa sinema Indonesia.<\/p>\n –<\/p>\n D. A. Peransi Award<\/strong> dipersembahkan untuk karya sinematik yang dinilai memiliki fokus pendekatan sosial yang istimewa, dan secara khusus, kategori ini menitikberatkan perhatian kepada sutradara filem dengan usia yang relatif muda. Penghargaa ini terilham dari nama David Albert Peransi, seniman, kritikus, dan tokoh dalam dunia filem dokumenter dan eksperimental di Indonesia.<\/p>\n