{"id":4571,"date":"2015-08-24T15:14:07","date_gmt":"2015-08-24T08:14:07","guid":{"rendered":"http:\/\/arkipel.org\/?p=4571"},"modified":"2017-08-02T20:02:04","modified_gmt":"2017-08-02T13:02:04","slug":"kompetisi-internasional-traces-melacak-jejak-masa-lalu-dan-masa-yang-akan-datang-melalui-filem","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/arkipel.org\/kompetisi-internasional-traces-melacak-jejak-masa-lalu-dan-masa-yang-akan-datang-melalui-filem\/","title":{"rendered":"Kompetisi Internasional Traces: Melacak Jejak Masa Lalu dan Masa yang akan Datang Melalui Filem"},"content":{"rendered":"
Minggu, 23 Agustus 2015<\/strong>, ARKIPEL Grand Illusion<\/em> – 3rd Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival menghelatkan penayangan perdana di Goethe Institute Jakarta pasca pembukaan sehari sebelumnya. Filem- filem yang ditampilkan hari itu masuk ke dalam bagian sesi Kompetisi Internasional, bertajuk kuratorial Traces<\/em>. Menurut salah satu Komite Seleksi, Andrie Sasono, melalui program ini, ia ingin menunjukkan bahwa sebuah filem mampu menjadi bahan bagi kita untuk berbicara tentang sebuah zaman, masa lalu, dan bahkan masa yang akan datang “Prosesnya hampir tiga bulan, saya dan tim menyeleksi filem-filem yang masuk, sekitar 1200-an,” ujar pria lulusan jurusan filem di IKJ tersebut.<\/p>\n Adapun dua filem yang ditampilkan pada pukul 13.00 WIB adalah Little Girl with Iron Fist<\/em> (atau Bimba Col Pugno Chiuso<\/em>) karya dari Luca Mandrile, Claudio di Mambro, dan Umberto Migliaccio dari Italia, yang diproduksi pada tahun 2014. Filem berdurasi 59 Menit ini berkisah tentang perjuangan seorang perempuan tua, Giovanna Marturano, saat melawan rezim fasis di Italia. Sejarah dalam kisah ini tidak tampil melalui serangkaian gambar faktual bergaya kearsip-arsipan yang klise, melainkan digubah ke dalam bentuk animasi petualangan sang gadis mungil yang mengangkat kepalan tangannya yang besar setinggi-tingginya untuk menghadapi rezim fasis yang berkuasa di negaranya kala itu. Sementara itu, filem kedua, berjudul Time and Place, A Talk with My Mom<\/em>, sebuah kisah pilu seorang ibu yang bersuamikan seniman dan beranak empat hasil garapan seorang sutradara Belanda, Martijn Veldhoen. Di filem ini, Martijn sendiri yang mewawancarai ibunya dalam bentuk dokumenter biografis, sebagai sebuah upaya dari rekonstruksi geneologis antara sutradara dan narasumber sekaligus merupakan ungkapan cinta sang putra untuk ibunya.<\/p>\n