{"id":4698,"date":"2015-08-25T16:31:49","date_gmt":"2015-08-25T09:31:49","guid":{"rendered":"http:\/\/arkipel.org\/?p=4698"},"modified":"2017-08-02T19:58:46","modified_gmt":"2017-08-02T12:58:46","slug":"international-competition-9-boundary-screening","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/arkipel.org\/international-competition-9-boundary-screening\/","title":{"rendered":"International Competition 9: Boundary, Screening"},"content":{"rendered":"
<\/p>\n
Senin, 24 Agustus 2015<\/strong>, tiga filem untuk kategori program Kompetisi Internasional di ARKIPEL Grand Illusion <\/em>\u2013 3rd Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival tayang di Gothe-Institute Indonesien, Menteng, Jakarta. Filem- filem yang dikurasi oleh Ugeng T.Moetidjo dengan judul kurasi Boundary<\/em> ini \u201cmenyajikan prinsip-prinsip mengenai pandangan kita akan kenyataan yang lebih baru sejauh representasi kamera yang memberikan fungsi pada dirinya sendiri sebagai bahasa\u201d. Filem-filem tersebut, antara lain State-Theatre #5 BEIRUT<\/em> karya Daniel Kotter dan Constanze Fischbeck (Jerman), bercerita mengenai perjalanan menyusuri ruang-ruang kosong tak berpenghuni yang berusaha pulih dari luka-luka perang masa lalu; serta filem berjudul Hide and Seek<\/em> karya David Munoz (Spanyol), bercerita tentang \u201chakikat dokumenter dan ironi tentang realitas dari kamp pengungsian perang saudara Suriah\u201d; dan The Private Life of Fenfen<\/em> karya Leslie Tai (Amerika), bercerita tentang tokoh bernama Fenfen.<\/p>\n Sepuluh penonton, sesuai yang tertera di buku tamu, telah mengisi bangku-bangku di ruang penayangan film untuk menyaksikan penayangan filem dengan tenang pukul 17.48. Waktu ini tidak sesuai dengan jadwal yang semestinya karena sempat terjadi kesalahan teknis saat filem aka ditayangkan.<\/p>\n \u201cSaya paling suka filem ketiga, tokoh wanitanya unik, filemnya mengangkat isu kehidupan pribadi dan bagi saya sangat menarik\u201d ujar Olivia (22) salah satu penonton, seorang perempuan lulusan Universitas Multimedia Nusantara. Fenfen, tokoh dalam filem yang ia sebut, adalah seorang perempuan yang mengenali kamera video sebagai jurnalisme personal. Sebagaimana yang dijelaskan di dalam katalog festival, melalui filem The Private Life of Fenfen<\/em>, Fenfen menyusun narasi\u2013narasi versinya sendiri dan menawarkan sikap terbuka dirinya dengan sengaja sehingga biografi dirinya bukan lagi milik pribadi tetapi menjadi milik bersama, tentunya orang-orang yang sudah menonton diri Fenfen.<\/p>\n Tiga filem lainnya yang masuk dalam program Kompetisi Internasional Boundary <\/em>ini juga diputar di hari yang sama, tetapi pada pukul dan tempat yang berbeda, yakni di Kineforum, 19.00. Ketiga filem yang dimaksud adalah Infiltrators <\/em>karya Khaled Jarrar (Palestina), Tom and Jerry<\/em> karya Ekkaphob Sumsiripong (Thailand), dan Between Here and There <\/em>karya Alexia Bonta (Belgia).<\/p>\n Berbeda halnya dengan filem yang diputar pada pukul 20.00. Ada lebih banyak pengunjung\u201435 orang, sesuai yang tercatat di buku tamu\u2014yang mendatangi Goethe-Institut Indonesien malam itu untuk menyaksikan karya Jon Jost (Amerika), berjudul They Had It Coming<\/em>. Jon Jost merupakan pembuat filem yang telah berkarya sejak tahun 1963. Banyak karyanya yang dipresentasikan di festival internasional. Ia juga dianggap sebagai seniman independen yang berpengaruh di Amerika.<\/p>\n Menurut katalog festival, They Had It Coming<\/em> adalah sebuah filem eksperimental yang membiaskan garis antara fiksi dan dokumenter secara gamblang. Para aktor diarahkan untuk menciptakan kisah kota kecil dengan narasi versi mereka sendiri sebagai masyarakat asli. Filem yang di kuratori oleh Otty Widasari, dengan judul kurasi Pergunjingan Menanding Arus <\/em>(atau Counter The Stream-Rumors<\/em>), ini menggabungkan fiksi dan dokumenter, yaitu dengan mamafnaatkan pergunjingan sebagai basis narasinya. Otty Widasari sendiri adalah seorang seniman dan Direktur Program Pendidikan Media Berbasis Komunitas, akumassa<\/em>, dari Forum Lenteng. Ia sendiri beranggapan bahwa They Had It Coming<\/em> adalah sebuah strategi untuk mengkritisi pola kerja sistem mapan media, sekaligus kuasa dominan bahasa dan estetika visual dalam sinema.<\/p>\n Filem ini mengangkat sebuah isu pembunuhan yang terjadi di Gentri County, Missouri, pada tahun 2011 yang korbannya tidak pernah ditemukan. Filem ini menjadi sebuah sirkulasi pergunjingan antara penduduk lokal, kisah yang dibangun, lanskap, dan juga penonton. Jon Jost sendiri, pada sesi diskusi, memaparkan, bahwa baginya, membuat filem tidak perlu pikir panjang.<\/p>\n