{"id":4818,"date":"2015-08-28T14:29:33","date_gmt":"2015-08-28T07:29:33","guid":{"rendered":"http:\/\/arkipel.org\/?p=4818"},"modified":"2017-08-02T19:51:22","modified_gmt":"2017-08-02T12:51:22","slug":"camera-empathy-rhythm-of-territory-and-landscape-filled-with-memory","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/arkipel.org\/camera-empathy-rhythm-of-territory-and-landscape-filled-with-memory\/","title":{"rendered":"Camera Empathy, Rhythm Of Territory and Landscape Filled with Memory"},"content":{"rendered":"
<\/p>\n
26 Agustus, 2015, bertempat di Blitz, Pasific Place Jakarta, terdapat 2 rangkaian kegiatan dari ARKIPEL Grand Illusion<\/em> \u2013 3rd<\/sup> Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival. Rangkaian kegiatan pertama yang dimulai tepat pukul 17.00, adalah program kuratorial berjudul Kamera yang Empati, Mengirama Teritori<\/em> (atau Camera Empathy, Rhythm of Territory<\/em>) dikuratori oleh Manshur Zikri. Dalam kuratorial yang dihadiri oleh 12 penonton ini, dtayangkan sebuah filem, berjudul Storm Children, Book One<\/em> (2014) karya Lav Diaz dari Filipina.<\/p>\n Filem dokumenter eksperimental karya Lav Diaz ini mengangkat kisah kehidupan di Tacloban, Filipina, yang diterpa Badai Yolanda pada tahun 2013. Topan ini menghancurkan rumah-rumah warga dan memakan banyak korban jiwa.<\/p>\n Dari awal filem ini tayang, penonton disuguhkan pengambilan gambar hitam putih yang statis dengan berbagai shot<\/em> yang durasi dari satu ke lainnya cukup lama bagi yang terbiasa menonton filem-filem biasa. Bahkan rasanya, pesan yang ingin disampaikan Lav Diaz baru mulai dapat diinterpretasi di tengah filem, penonton dibuat bertanya-tanya dengan maksud dari teknik pengambilan gambar Lav Diaz yang tak biasa ini. Alhasil, beberapa penonton tertidur dan terlihat keluar ruangan, mungkin tak tahan dan tak sabar untuk mengetahui maksud yang biasanya langsung tersurat di sinema.<\/p>\n