{"id":5727,"date":"2016-08-19T11:41:12","date_gmt":"2016-08-19T04:41:12","guid":{"rendered":"http:\/\/arkipel.org\/?p=5727"},"modified":"2017-08-02T19:26:26","modified_gmt":"2017-08-02T12:26:26","slug":"festival-forum-panel-2","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/arkipel.org\/festival-forum-panel-2\/","title":{"rendered":"Festival Forum: Panel 2"},"content":{"rendered":"[vc_row][vc_column][vc_column_text]\n
<\/p>\n
\u201cKomunitas filem konon adalah sokoguru sinema Indonesia.\u201d<\/p><\/blockquote>\n
Itulah slogan awal yang dikemukakan paling awal oleh Windu Jusuf sebagai pembicara pertama dari Forum Festival ARKIPEL 2016, Panel 2, “Komunitas Sebagai Pengembangan Pengetahuan Sinema: Membaca Bahasa Sinema Komunitas”, salah satu mata acara yang disuguhkan oleh ARKIPEL social\/kapital \u2013 4th<\/sup> Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival, di hari Kamis, 18 Agustus, 2016.<\/p>\n
<\/p>\n
Selain Windu Jusuf, Nischal Oli (salah satu kurator dalam Program Kurator Asia Muda ARKIPEL) dan Otty Widasari (salah satu kurator ARKIPEL) juga hadir\u00a0sebagai pembicara di Forum Festival siang itu, dimoderatori oleh Akbar Yumni, anggota Forum Lenteng yang juga merupakan kurator ARKIPEL dan menjadi pembicara di Panel 1, Kritisisme dalam Sinema. Setelah nama-nama mereka diperkenalkan di atas panggung kepada kurang lebih 50 orang tamu dan 2 media yang hadir (Kompas<\/em> dan Cinematography Club Fikom Unpad<\/em>), diskusi publik dwibahasa ini pun dimulai.<\/p>\n