{"id":6016,"date":"2016-08-23T15:54:46","date_gmt":"2016-08-23T08:54:46","guid":{"rendered":"http:\/\/arkipel.org\/?p=6016"},"modified":"2017-08-02T19:10:03","modified_gmt":"2017-08-02T12:10:03","slug":"notes-garbage-leftover-people","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/arkipel.org\/notes-garbage-leftover-people\/","title":{"rendered":"Notes on \u201cGarbage and Leftover People\u201d"},"content":{"rendered":"[vc_row][vc_column][vc_column_text]\n
<\/p>\n
Berangkat dari pengantar kuratorialnya, Ronny Agustinus menekankan pergulatan yang tak terelakan oleh semua negara di dunia dengan latar belakang ekonomis apa pun, yakni masalah sampah sebagai sisa-sisa kapitalisme industri. Pemimpin redaksi penerbit Marjin Kiri tersebut mempersembahkan dua filem dalam program kuratorialnya, Sampah dan Orang Sisa-sisa<\/em>, di Kineforum pada hari Senin, 22 Agustus, 2016 \u00a0pukul 13:00. Seperti pada program kuratorial ARKIPEL Ronny Agustinus pada tahun-tahun sebelumnya, Amerika Latin kembali diangkat sebagai latar tempat dan budaya.<\/p>\n <\/em><\/p>\n Ilha Das Flores<\/em> (1989) merupakan filem pembuka program kuratorial ini dengan durasi 13 menit. Hasil garapan Jorge Furtado, sutradara Brasil, filem ini menggunakan objek tomat sebagai media pengantar penonton menelusuri tahap-tahap kapitalis menuju apa yang disebut kurator sebagai residu lain dari kapitalisme industri, masyarakat yang hidup dari sampah. Ilha das flores<\/em> memiliki arti harfiah \u201cPulau Bunga\u201d, namun jauh dari makna denotasi namanya, nama tersebut mengandung sarkasme karena tempat tersebut tidak lebih dari sekedar tempat pembuangan sampah akhir.<\/p>\n