{"id":6996,"date":"2017-08-19T08:19:21","date_gmt":"2017-08-19T01:19:21","guid":{"rendered":"http:\/\/arkipel.org\/?p=6996"},"modified":"2017-08-22T14:22:58","modified_gmt":"2017-08-22T07:22:58","slug":"menelaah-jejak-sejarah-pada-sinema-hari-ini-catatan-tentang-pidato-kunci-fang-tze-hsu","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/arkipel.org\/menelaah-jejak-sejarah-pada-sinema-hari-ini-catatan-tentang-pidato-kunci-fang-tze-hsu\/","title":{"rendered":"Inspecting the Trace of History on Contemporary Cinema: notes on Keynote Speech at Forum Festival"},"content":{"rendered":"[vc_row][vc_column][vc_tabs][vc_tab title=”Bahasa Indonesia” tab_id=”1503223588-1-14″][vc_column_text title=”Menelaah Jejak Sejarah Pada Sinema Hari Ini”]\n
\u201cThe complex effects of the war, mediated through our bodies, have been inscribed into our national, family, and personal histories. In short, the cold war is still alive within us\u201d<\/em><\/p>\n Kuan-Hsing Chen on Asia as Method: Toward Deimperialization (2010) page 118.<\/span><\/p>\n <\/p>\n Kutipan di atas agaknya memang merangkum kondisi umum dunia kontemporer yang Hsu Fang Tze paparkan pada Pidato Kunci-nya di Festival Forum ARKIPEL Penal Colony<\/em> \u2013 5th<\/sup> Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival.<\/p>\n Sekitar 70 orang peserta, baik dari peserta undangan, tamu pembicara dan kurator maupun peserta umum, hadir di Goethehaus, Goethe Institut Jakarta pada 18 Agutus 2017 pukul 09.00 WIB untuk mendengarkan Pidato Kunci tersebut. Dengan makalah berjudul When Dead Labor Speaks: Subjectivity, Subjugation, and Meta-Cinema<\/em>, Fang-Tze memaparkan praktik-praktik seniman dan pembuat filem yang terkait dengan permasalahan-permasalahan yang merupakan bagian dari warisan sejarah pasca Perang Dingin. Kurator independen, translator, dan kandidat Ph.D di bidang Cultural Studies<\/em> di National University of Singapore<\/em> ini mengeksplorasi mengapa dan bagaimana praktik-praktik sejumlah pembuat filem dan seniman, seperti Takamine Go, Kidlat Tahimik, Nick Deocampo, Lin Hsin-I, Soni Kum, dan Nguyen Trinh-Thi menghadirkan kembali isu-isu kekerasan pada era perang pada konteks hari ini melalui sinema.<\/p>\n