{"id":7252,"date":"2017-08-24T09:00:34","date_gmt":"2017-08-24T02:00:34","guid":{"rendered":"http:\/\/arkipel.org\/?p=7252"},"modified":"2017-08-25T15:22:23","modified_gmt":"2017-08-25T08:22:23","slug":"huyung-tragedy-hope","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/arkipel.org\/huyung-tragedy-hope\/","title":{"rendered":"Huyung, Tragedy, and Hope"},"content":{"rendered":"[vc_row][vc_column][vc_tabs][vc_tab title=”Bahasa Indonesia” tab_id=”1503648273-1-60″][vc_column_text title=”Huyung, Tragedi, dan Harapan: Catatan Pemutaran Filem Kimi to Boku”]Hue Yong alias Hae Young alias Eitaro Hinatus alias Dr. Huyung merupakan seorang saksi atas kekejian yang dapat ditimbulkan oleh eksistensi negara-bangsa. Dilahirkan di Korea pada September 1908, Hue Yong alias Hae Young menyaksikan langsung bagaimana Jepang meluluhlantakkan tanah air beserta kebudayaannya. Tanpa mampu melawan, Hue Yong mendapati namanya diubah menjadi Eitaro Hinatsu, sementara pekerjaannya menjadi seorang tentara Jepang yang dikirim ke Hindia Belanda untuk membantu upaya kolonialisasi Jepang.<\/p>\n
Setelah Hindia Belanda merdeka dan berganti nama menjadi Indonesia, Hinatsu yang tidak mendapatkan kesempatan untuk pulang ke tanah airnya memutuskan untuk tinggal di Indonesia dengan nama Dr. Huyung. Kisah Huyung menunjukkan bagaimana negara mampu mencerabut manusia dari akarnya, menghapus identitasnya, dan menaruh mereka dalam kondisi yang memilukan. Kisah Huyung merupakan kisah tragedi.<\/p>\n
Siapakah Dr. Huyung? Bagi sineas Indonesia, Dr. Huyung merupakan salah satu tokoh penting dalam kelahiran sinema Indonesia yang kontribusinya tidak kalah signifikan dengan Usmar Ismail, sang bapak perfileman Indonesia. Mahardika Yudha, kurator dari pameran KULTURSINEMA #4: Takdir Huyung, mengungkapkan bahwa Huyung menghadirkan perspektif lain dalam perfileman Indonesia.<\/p>\n
Masyarakat yang umumnya hanya mengenal sejarah perfileman Indonesia dari sisi Usmar Ismail dan Lembaga Kebudajaan Rakyat (Lekra) akan mendapati bahwa Huyung mampu memposisikan dirinya di tengah kedua pihak. Filem-filem yang dibuat oleh Dr. Huyung tidak hanya bertujuan mengedukasi (seperti Lekra), namun juga mampu mengikutsertakan unsur-unsur hiburan (seperti Usmar).<\/p>\n