{"id":7379,"date":"2017-08-24T09:00:48","date_gmt":"2017-08-24T02:00:48","guid":{"rendered":"http:\/\/arkipel.org\/?p=7379"},"modified":"2017-08-28T13:37:44","modified_gmt":"2017-08-28T06:37:44","slug":"tradition-forced-fade-away-rust","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/arkipel.org\/tradition-forced-fade-away-rust\/","title":{"rendered":"A Tradition (Forced to) Fade Away and Rust"},"content":{"rendered":"[vc_row][vc_column][vc_tabs][vc_tab title=”Bahasa Indonesia” tab_id=”1503900681-1-98″][vc_column_text title=”Tradisi yang (Dipaksa) Memudar dan Berkarat”]Di era yang semakin dikerubuti oleh wacana-wacana teknologi yang serba canggih, masyarakat seakan tidak lagi memiliki identitas yang berbeda-beda dalam dirinya, dan menjadi diseragamkan oleh keadaan. Meminjam kata-kata dari Otty Widasari, salah satu anggota tim selektor untuk sesi Kompetisi Internasional di ARKIPEL tahun ini, bahwasanya dunia modern mengedepankan sebuah pandangan yang mapan dan tunggal dalam menerjemahkan kemajuan, dan terpusat pada perspektif elite. Keunikan identitas manusia dan kelompoknya yang tampak dari sebuah tradisi seolah-olah lenyap, ditenggelamkan oleh entitas modern ini. Masih adakah panggung bagi tradisi, atau ia hanya bagaikan mesin tua berkarat yang kian ditinggalkan? Dalam Kompetisi Internasional 8 ini, empat belas penonton disuguhkan empat filem yang menggambarkan nasib tradisi di era modern yang saling berebut wacana. Pemutaran filem dilangsungkan di GoetheHaus, Jakarta pada Rabu, 23 Agustus 2017 pukul 13.00 \u2013 15.00 WIB.<\/p>\n