Buy Zolpidem Online Australia Buying Zolpidem Mexico Ambien For Sale Online Cheap Can I Really Buy Ambien Online
 In ARKIPEL 2024 - Garden of Earthy Delights, International Competition

Beberapa Memoar Samar
Vague Memoirs

Host: Otty Widasari

 

Sunday, August 25, 2024 | 16:00 | Bioskopforlen

Hadiah 

Aku berbicara di tengah malam
di tengah kegelapan
Dan dari kegelapan malam aku berbicara

 

Jika kau datang ke rumahku, kawan
Bawakan aku lampu, dan jendela tempat aku dapat melihat
kerumunan di gang yang gembira

 

Itu adalah sebuah terjemahan bebas dari sebuah puisi karya Forough Farrokhzad, seorang penyair perempuan dari era Iran modern. Puisi tersebut diukir di atas batu nisan Farrokhzad—hal yang lazim ditorehkan di kuburan-kuburan para penyair terkenal Iran—seolah sang penyair menyuarakannya dari alam baka. Dan benar, puisi tersebut memosisikan diri yang berada di dalam kegelapan, di mana diri meminta untuk diberikan lampu untuk menerangi, dan sebuah jendela. Cukup gamblang puisi itu menggambarkan rasa terisolasi yang mendalam dan merindukan sebuah keterhubungan dengan dunia luar. Dalam puisi tersebut Farrokhzad tidak menyatakan dirinya ingin beranjak keluar, selain hanya untuk dapat melihat sebuah gang kecil yang digembirakan oleh kerumunan orang sebagai sebuah hadiah yang berharga. Semasa hidupnya, Farrokhzad dikenal sebagai sosok perempuan yang tidak konvensional, yang pada era 1950-an hingga 1960-an tidak mudah diterima oleh masyarakat Iran yang konservatif. Artinya, melalui puisi ini, semasa hidupnya Farrokhzad mensyairkan rasa keterasingan dan keterdambaan akan sebuah perubahan. Untuk itu, bagi sang penyair, sekadar melihat kegembiraan dari balik jendela pun, dalam situasi sosial-politik tertentu, adalah sebuah hal yang membahagiakan. 

Keterhubungan antara interioritas dengan eksterioritas diri selalu mencerminkan kesinambungan interaksi ranah psikologis dengan sosial. Bisa selaras, bisa tidak, tetapi tetap saling mempengaruhi. Keterhubungan kita dengan dunia luar yang erat kaitannya dengan persoalan sosial, pada akhirnya menjadikan hubungan itu politis. Dalam konteks modern, kota adalah sebuah eksterior psikologis individu-individu di mana kaidah sistemis dan politik menaklukkan persoalan psikologis-individual. Melihat kota (eksterioritas) melalui sudut-sudut tersembunyi (interioritas) seperti menjadi sebuah aktivitas pengintaian yang menyenangkan sekaligus menegangkan, karena menjadikan apa-apa saja yang ada di wilayah publik sana menjadi sesuatu yang intim. Dan sebaliknya, realitas penatapan balik, seperti melihat kehidupan pribadi orang lain melalui media massa, mengubah gambaran kontekstual tentang voyeurisme. 

Seandainya kita membayangkan sorotan mata kita sebagai sebuah gelombang yang merambat, seperti gelombang cahaya, maka pada titik-titik tertentu rambatan tersebut pasti terhambat oleh suatu rintangan atau celah. Dalam fenomena cahaya, pada setiap titik yang merintangi rambatan gelombangnya, cahaya akan mengalami difraksi atau pembelokan. Namun, dalam laku penatapan, bukan difraksi yang terjadi melainkan tatapan kita akan terhenti pada objek yang merintangi. Tatapan akan mengalami difraksi ketika ada interaksi politis, di mana terjadi aksi takluk-menakluk antara ranah psikologis yang mengintai dengan ranah sosial yang mengintai balik. Fenomena ini murni optis, yang melibatkan difraksi agenda penatapan. Dan saat penatapan itu berlaku pada kerja penyorotan kamera, agenda dikuasai sepenuhnya oleh siapa yang berada di balik jendela bidiknya. 

Kumpulan filem dalam program ini memperbincangkan perihal pengintaian kota dari sudut-sudut interioritas agenda yang tersembunyi. Yang menarik dari filem-filem ini adalah, baik agenda penyorotan kamera pengawas milik penguasa maupun gambar-gambar temuan yang sudah samar kepemilikan tatapannya, di-agenda(ulang)-kan oleh para sutradara untuk menjadi titik awal penatapan baru. Agenda-agenda itu tersamar oleh arsitektur kota, yang di dalamnya mengandung mulai dari hal-hal ringan seperti mimpi, kisah-kisah cinta remaja di sudut kota, surat cinta di masa revolusi, pemandangan sebuah kota yang turistik, hingga malapetaka ekologis masyarakat perkotaan. Agenda-agenda ini memberikan kesinambungan antara keterasingan interioritas psikologis dengan eksterioritas sosial, seperti puisi Farrokhzad yang mungkin telah, atau entah kelak, menjadi hadiah bagi sebuah perjuangan.

 

The Gift

I speak from the deep of night
Out from the deep of darkness
And from the deep of night I speak. 

If you come to my house, friend
Bring me a lamp and a window through which I can look at the crowd in the happy alley.

 

Above is a free translation of a poem by Forough Farrokhzad, a female poet from modern-era Iran. The poem is engraved on her tombstone—something that is common among famous poets in Iran—as if the poet is reciting it from the afterlife. Indeed, the poem positions the self in darkness, asking for a lamp to illuminate, and a window. The poem clearly depicts a deep sense of isolation and longing for a connection with the outside world. In the poem, Farrokhzad does not state that she wants to go outside, but only to be able to see a small alley that the crowd is enjoying as a precious gift. During her lifetime, Farrokhzad was known as an unconventional woman, which was not easily acceptable in the conservative Iranian society of the 1950s and 1960s. This means that through this poem, Farrokhzad poetizes about her sense of alienation and yearning for change. Thus, for the poet, just seeing joy from behind a window, in a certain socio-political situation, is something to be happy about.

The connection between the interiority and exteriority of the self always reflects the continuum of interaction between the psychological and social. They may or may not align, but they still influence each other. Our connection with the outside world, which is closely related to social issues, ultimately makes the relationship political. In the modern context, the city is a psychological exterior of individuals where systemic and political principles conquer the psychological-individual issues. Looking at the city (exteriority) through its hidden corners (interiority) seems to be an exciting and tense voyeuristic activity, as it makes everything in the public domain intimate. On the opposite, the reality of reverse voyeurism, such as viewing other people’s private lives through mass media, changes the contextual portrayal of voyeurism.

If we imagine the beam of our eyes as a propagating wave, like a light wave, then the propagation must be obstructed at certain points by an obstacle or gap. In this phenomenon, at any point where the wave is obstructed, the light will experience diffraction or deflection. In the practice of gazing, however, it is not diffraction that occurs but rather our gaze will stop at the obstructing object. The gaze will experience diffraction when there is a political interaction, where there is an act of subjugation between the psychological realm that spies and the social realm that spies back. This phenomenon is purely optical, involving the diffraction of the gaze agenda. And when that gaze is being applied to camera work, the agenda is fully controlled by whoever is behind the viewfinder.

The films in this program discuss urban surveillance from the interiority of hidden agendas. The interesting thing about these films is that both the agenda of the surveillance cameras of the authorities and the found footage whose gaze is now unknown, are being reconstructed by the directors to become the starting point of a new gaze. These agendas are disguised within the city’s architecture, which contains everything from mundane things like dreams, teenage love stories from the corner of the city, love letters from the revolution, touristy views of the city, and the ecological catastrophe of urban society. These agendas provide a continuity between the alienation of psychological interiority and social exteriority, just as Farrokhzad’s poetry may have been, or may one day be, a gift for a struggle.

Film List

373, Pasteur Street

Filmmaker Ismaël (Tunisia)
International Title 373, Pasteur Street
Country of Production  Tunisia
Language French
Subtitle  English

32 min, Surround, DCP / Digital file, 16:9, HD, Color, 2023

Sebuah narasi surat cinta yang menceritakan kisah di masa sebelum kehancuran kota Beirut. Kisah personal ini direfleksikan pada ruang-ruang publik yang ramai di sekitar pelabuhan, melalui pengambilan gambar yang mengintai dari balkon-balkon yang tinggi. Namun, ketika kamera masuk langsung ke jantung kota, yang terlihat hanyalah puing-puing kehancuran kota.

 

A love letter narrative that tells the story of a time before the destruction of Beirut. This personal story is reflected through public spaces that bustle around the harbor, and through shots that lurk from high balconies. However, when the camera goes straight into the heart of the city, all that is visible is the ruins.

Ismaël adalah seorang sineas, seniman visual, dan penulis.  Sebagai sutradara, ia menyutradarai Black Medusa (Tiger Competition, IFFR 2021), Fragments of self-phone-destruction (dianugerahi di Experimental and Different Cinema Festival, 2019), Leila’s blues (tayang perdana di Cannes Director’s Fortnight tahun 2018), Babylon (Grand Prize, FID Marseille 2012), dan masih banyak lagi. Karya-karya seni visualnya, baik film eksperimental atau karya fotografi, seni video, karya cetak, media campuran atau instalasi multimedia, ditampilkan dan dipamerkan di beberapa tempat. Ia juga menerbitkan banyak puisi, makalah, artikel dan esai pendek di berbagai media cetak dan online.

Ismaël is a filmmaker, a visual artist and a writer.  As filmmaker he directed Black Medusa (Tiger Competition, IFFR 2021), Fragments of self-phone-destruction (awarded at Experimental and Different Cinema Festival, 2019), Leila’s blues (premiered at Cannes Director’s Fortnight in 2018), Babylon (Grand Prize, FID Marseille 2012) among others. He’s visual arts works, either experimental films or photography works, video art, printed works, mixed media or multimedia installations, were featured and showcased and exhibited at several venues. He also published numerous poems, papers, articles and short essays on several printed and online publications.

De tiempos y recuerdos / Of times and memories

Filmmaker Jaime Marqués Cordero (Spain)
International Title De timpos y recuerdos/ Of time and memories
Country of Production  Spain
Language  Spanish, English
Subtitle  English

6 min, Stereo, mp4 / mov, 4:3, 8mm, Color, 2024

Sebuah esai tentang mimpi yang dirangkai dari temuan seluloid rumahan masa lalu. Penggambaran kehidupan di dalam rumah

An essay on dreams assembled from past home celluloid findings. A depiction of life in the house.

Jaime Marqués Cordero adalah seorang mahasiswa pembuat film dokumenter berusia 25 tahun di Escuela de Cinematografía y del Audiovisual de Madrid (ECAM). Setelah menempuh pendidikan di bidang hukum, ia memutuskan untuk mengabdikan dirinya pada minatnya yang sebenarnya, yaitu pembuatan film. Saat ini, ia sedang membuat film pendek pertamanya bersama beberapa teman sekolah dan teman-temannya.

Jaime Marqués Cordero is a 25-year-old student of documentary filmmaking at the Escuela de Cinematografía y del Audiovisual de Madrid (ECAM). After studying a degree in Law, he decided to devote himself to his true passion, filmmaking. He is currently making his first short films along with some of his schoolmates and friends.

Vague du Midi

Filmmaker Sylvain Dufayard (Belgium)
International Title Vague du Midi
Country of Production  Belgium
Language  French
Subtitle  English

25 min, Stereo, DCP, 16:9, HD, Color, 2023

Perluasan amatan dari jendela apartemen kecil ke cetak biru arsitektur kota yang dipatok dengan batas-batas tak terlihat. Penanda-penanda kota Brussel disandingkan dengan bedeng-bedeng dan api unggun para pengungsi di lahan yang sementara ini masih kosong.

Expanding the gaze from a small apartment window to an architectural blueprint of a city defined by invisible boundaries. The landmarks of Brussels are juxtaposed with the beds and campfires of the refugees on the temporarily vacant land.

Sylvain Dufayard bekerja di Brussels sebagai sineas dokumenter. Dia menggantungkan hasratnya atas kecintaannya pada kehidupan dan kemauan yang kuat untuk menyuarakan ketidakadilan yang menghalanginya. Dia sering bekerja berpasangan atau kolektif, sebuah cara untuk bergerak maju dengan akurat dan terus mempertanyakan posisinya.

Sylvain Dufayard works in Brussels as a documentary filmmaker. He owes his passion to his love for the living and a tenacious will to make the injustices that hinder him speak. He often works in pairs or collectives, a way to move forward with accuracy and to constantly question his positions.



Difraksi / Diffraction

Filmmaker Sigat Rambito (Indonesia)
International Title Difraksi / Diffraction
Country of Production  Indonesia
Language Indonesian
Subtitle  English

13 min, Mono, h.264, 4:3, HD, Color, 2024

Pengamatan terhadap satu sudut kota yang terdifraksi dan menjadi fragmen-fragmen romansa para remaja. Fragmen-fragmen itu saling bersilangan ke kanan, ke kiri, ke atas, dan ke bawah.

An observation of a corner of the city that diffracts and becomes fragments of teen romance. The fragments cross right, left, up, and down.

Sigat Rambito, sutradara otodidak yang memiliki ketertarikan untuk mengeksplorasi bahasa visual, terutama hubungan antara manusia dan benda-benda.

Sigat Rambito, a self taught director who has an interest in exploring visual language, especially a connection between humanity and the inanimate.

March 8, 2020: A Memoir

Filmmaker Fırat Yücel (Netherlands, Turkey)
International Title March 8, 2020: A Memoir
Country of Production  Netherlands, Turkey
Language Turkish
Subtitle  English

15 min, Stereo, Screen recording, 16:9, Color, 2023

Pertandingan antara kuasa kamera pengawas milik pemerintah dengan ingatan kolektif warga yang dibingkai oleh sebuah percakapan latar di depan desktop. Percakapan latar tersebut mendiskusikan titik buta lokasi perayaan Feminist Night March, sebuah demonstrasi terakhir di Istanbul sebelum pandemi.

A contestation between the power of government surveillance cameras and the collective memory of citizens is framed by a background conversation in front of a desktop. The background conversation discusses the blind spot location of the Feminist Night March, the last demonstration in Istanbul before the pandemic.

Fırat Yucel adalah seorang kritikus film dan sineas. Ia turut mendirikan majalah sinema bulanan Altyazı pada tahun 2001, dan bekerja sebagai pemimpin redaksi majalah tersebut sejak saat itu. Ia turut menyutradarai Kapalı Gişe (Only Blockbusters Left Alive, 2016), dan bekerja sebagai ko-editor film dokumenter Welcome Lenin dan Audience Emancipated: The Struggle for the Emek Movie Theater pada tahun 2016. Pada tahun 2019, ia turut menyutradarai film Heads and Tails bersama Aylin Kuryel. Fırat Yücel dan Aylin Kuryel memproduksi film dengan duo artistik kolektif mereka yang disebut Image Acts.

Fırat Yucel is a film critic and a filmmaker. He co-founded Altyazı Monthly Cinema Magazine in 2001, and worked as the magazine’s editor in chief since then. He co-directed Kapalı Gişe (Only Blockbusters Left Alive, 2016), worked as the co-editor of the documentaries Welcome Lenin and Audience Emancipated: The Struggle for the Emek Movie Theater in 2016. In 2019, he co-directed Heads and Tails with Aylin Kuryel. Fırat Yücel and Aylin Kuryel produce films with their artistic duo collective called Image Acts.

The Kitten’s Tea Party

Filmmaker MilleFeuille (aka MiruFiyu)(Canada)
International Title The Kittens’ Tea Party
Country of Production Canada
Language English
Subtitle  English

11 min, Stereo, Digital, Color, 2022

Penggabungan gambar-gambar temuan dan gambar-gambar dari kamera CCTV, yang dimontasekan sebagai struktur penceritaan. Ketegangan antara hewan peliharaan dengan hewan liar mengancam kehidupan di perkotaan. Sebuah pantulan sinematik tentang domestifikasi yang bisa menyebabkan malapetaka ekologis.

An amalgam of found footage and footage from CCTV cameras, montaged as a storytelling structure. The tension between pets and wild animals threatens life in the city. A cinematic reflection on domestication that can cause ecological catastrophe.

MilleFeuille (alias MiruFiyu) dinamai sesuai dengan kue “thousand leaves” yang terkenal yang tidak diketahui asal-usulnya karena seperti daun yang tertiup angin yang melayang di atas daratan dan melintasi waktu, kue “thousand leaves” adalah campuran abadi.

MilleFeuille (aka MiruFiyu) is named after a famous “thousand leaves” pastry whose origin is unknown because like windblown leaves drifting over lands and through time, the “thousand leaves” pastry is an eternal remix.

About the Host

Otty Widasari

Otty Widasari

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Contact Us

We're not around right now. But you can send us an email and we'll get back to you, asap.

Not readable? Change text. captcha txt

Start typing and press Enter to search

X