In ARKIPEL 2016 - social/kapital, Forum Festival

Pada penyelenggaraan Forum Festival 2016, ARKIPEL social/kapital – 4th Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival menghadirkan Ruth Noack sebagai Keynote Speaker. Pada hari pembukaan forum, Noack akan menyampaikan makalahnya, berjudul Once again – Agency in Cinema.

“Tak cukup hanya membuat filem-filem yang baik. Tak cukup hanya menulis tentang filem-filem yang baik. Tak cukup hanya memediasi filem-filem yang baik. Sejak kelahiran gagasan yang di dalamnya mungkin terdapat sebuah praktik artistik radikal, refleksi kritis mengenai gambar bergerak, dan sebuah tanda kualitas atau kondisi tentang penonton yang merdeka, orang-orang telah merumuskan lebih dari satu—dan juga melupakan lebih dari satu—cara-cara untuk mencapai “agency” di dalam aktivitas-aktivitas ini. Apakah kita sebagai produsen kebudayaan, aktivis politik, atau hanya penikmat sinema; kita semua tak punya pilihan selain mencoba dengan cara baru. Lagi dan lagi.” (Abtstraksi makalah “Once again – Agency in Cinema” oleh Ruth Noack).

In organizing the Festival Forum 2016, ARKIPEL social/capital – 4th Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival invites Ruth Noack as the Keynote Speaker. She will present her paper on the opening day of the forum, entitled Once Again – Agency in Cinema.

“It is not enough to make good films. It is not enough to write about good films. It is not enough to mediate good films. Since the inception of the idea that there might be: a radical artistic practice, a critical reflexion of moving images and an emancipated spectatorship, people have formulated more than once – and forgotten more than once – how to achieve agency in these activities. Whether we are cultural producers, political activists or simply fans of cinema, we have no choice but to try anew. Again and again.” (Abstract from “Once again – Agency in Cinema” by Ruth Noack).

Para Pembicara Forum / Forum Speakers

A. Keynote Speech

Ruth Noack (Heidelberg, 1964) adalah seorang kurator ternama. Belajar sebagai seniman dan sejarawan seni, Ruth Noack telah bekerja sebagai penulis, kritikus seni, pengajar, dan penyelenggara pameran sejak 1990-an. Tahun 2007, bersama M. Buergel, dia menjadi kurator Documenta 12 di Kassel, Jerman. Beberapa pameran yang pernah ia kuratori, antara lain Scenes of a Theory (1995), Things We Don’t Understand (2000), The Government (2005), Not Dressed for Conquering – Ines Doujak’s Loomshuttles/Warpaths (2012), dan Notes on Crisis, Currency and Consumption (2015) yang merupakan bagian pertama dari seri sepuluh esai-pameran tentang isu-isu kehidupan kontemporer. Dia pernah menjadi Kepala Program Curating Contemporary Art, Royal College of Art, London (2012-2013), Kepala Peneliti untuk EU-project Mela – European Museums in an age of migrations, Profesor tamu di Academy of Fine Arts, Praha (2013-2014), dan pembina Gwangju Biennale International Curator Course (2014). Sejak 2015, dia bertanggung jawab sebagai salah satu pembina di DAI Roaming Academy. Terbitan internasionalnya, antara lain Sanja Iveković: Triangle (2013) di Afterall Books, dan Agency, Ambivalence, Analysis: Approaching the Museum with Migration in Mind (2013).

Ruth Noack (Heidelberg, 1964) is a prominent curator.Trained as a visual artist and art historian, Ruth Noack has been working as a author, art critic, lecturer, and exhibition maker since 1990s. In 2007, along with Roger M. Buergel, she co-curated Documenta 12 in Kassel, Germany. Some of exhibitions she curated are Scenes of a Theory (1995), Things We Dont Understand (2000), The Government (2005), Not Dressed for Conquering Ines Doujaks Loomshuttles/Warpaths (2012), and Notes on Crisis, Currency and Consumption (2015) which was the fisrt of a series of ten essay-exhibitions on issues of contemporary life. She was the Head of Curating Contemporary Art Program, at Royal College of Art, London (2012-2013), Researcher Leader of EU-Project Mela European Museums in an age of migrations, Šaloun Professor at Academy of Fine Arts, Prague (2013-2014), and lead Gwangju Biennale International Curator Course (2014). Since 2015, she is responsible for one of the DAI Roaming Academy trajectories. Her articles published internationally among others are Sanja Iveković: Triangle (2013) for Afterall Books, dan Agency, Ambivalence, Analysis: Approaching the Museum with Migration in Mind (2013).

B. Panel – “Kritisisme dalam Sinema” / “Criticism in Cinema”

Hsu, Fang-Tze adalah seorang peneliti dan kandidat Doktor Kajian Budaya di program Asia, National University of Singapore. Penelitiannya mencakup bentuk-bentuk pengetahuan kontemporer, estetika Perang Dingin, hubungan antara memori dan filsafat teknologi.

Hsu, Fang-Tze is an independent researcher and a Ph.D candidate of the Cultural Studies in Asia program of the National University of Singapore. Her research interest include contemporary knowledge formation, Cold War aesthetics, the relationship between memories, and philosophies of technology.

Zimu Zhang. Seorang sutradara independen, periset, dan kurator. Ia meraih gelar Master di bidang  penyutradaraan dokumenter di Erasmus Mundus (Docnomads). Karya dan risetnya terkait dengan ketertarikannya pada dialog audiovisual yang tak wujud khususnya sejarah dan masa sekarang. Ia telah menjadi kurator dalam CIFA (China Independent Film Archive) sejak 2015, sebuah organisasi non-pemerintah yang berdedikasi melestarikan dan mendistribusikan sinema Cina independen seiring dengan riset karya kreatif audiovisual di dunia.

Zimu Zhang is an independent filmmaker, researcher and curator. She holds a joint MA degree in Documentary Directing of Erasmus Mundus (Docnomads). Her own films and research interest are audiovisual dialogues threading intangible history and present. She has been a curator for CIFA (China Independent Film Archive) since 2015, a NGO devoted to preserve and present Chinese Independent Cinema along with research on worldwide creative audiovisual works.

Hikmat Darmawan. Kritikus filem, pengamat komik dan budaya pop. Memiliki latar belakang pendidikan di bidang Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Kerap menulis di Koran Tempo, Majalah Tempo, Gatra, Kompas, dan Visual Art. Pernah menjadi editor di Majalah Madina, kurator pameran komik untuk Dewan Kesenian Jakarta, dan manajer program di MP Book Point. Terlibat dalam pendirian berbagai organisasi kebudayaan, antara lain Musyawarah Burung, Akademi Samali, dan RumahFilm.org. Saat ini, dia adalah Ketua Komite Film, Dewan Kesenian Jakarta.

Hikmat Darmawan. Film critic, comic expert, and pop culture enthusiast. His educational background is Communication Studies, Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia. He writes often in Koran Tempo, Majalah Tempo, Gatra, Kompas, and Visual Art. He was  the editor of Majalah Madina, curator of comic exhibition held by Jakarta Art Council, and program manager at MP Book Point. He was involved in the founding of several cultural organization among others Musyawarah Burung, Akademi Samali, and RumahFilm.org. He is now the head of Film Committee, Jakarta Art Council.

Akbar Yumni. Kritikus filem dan seni, pegiat budaya, anggota Forum Lenteng, dan redaktur utama Jurnal Footage (www.jurnalfootage.net). Sedang menempuh pendidikan Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Diyakara, Jakarta. Ia juga bekerja sebagai peneliti lepas di Dewan Kesenian Jakarta.

Akbar Yumni. Film and art critic, cultural activist, member of Forum Lenteng, and Editor in Chief of Jurnal Footage (www.jurnalfootage.net). He studies Philosophy at Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta. He is also a freelance researcher for the Jakarta Art Council.

Manshur Zikri. Peneliti sosial, pegiat media warga, anggota Forum Lenteng, dan pengurus harian AKUMASSA (www.akumassa.org). Lulusan dari Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Tulisan-tulisannya memiliki perhatian pada tema-tema sosial-budaya, khususnya media, seni, dan sinema.

Manshur Zikri. Social researcher, citizen journalism activist, member of Forum Lenteng, and in charge of the AKUMASSA program (www.akumassa.org). He was graduated from the Department of Criminology, University of Indonesia. His writings have concerns about socio-cultural issues, particularly media, art, and cinema.

C. Panel – “Komunitas dan Pengembangan Pengetahuan Sinema” / “Community and Development of Cinema Knowledge”

Otty Widasari. Seniman, sutradara, pegiat media, salah satu pendiri Forum Lenteng, dan Direktur Program Pemberdayaan Media Berbasis Komunitas (AKUMASSA) Forum Lenteng. Memiliki latar belakang pendidikan di bidang Seni Murni, Institut Kesenian Jakarta.

Otty Widasari. Artist, film director, media activist, one of the founders of Forum Lenteng, and Director of Community Based Media Empowerment Program (AKUMASSA) Forum Lenteng. Her educational background is Fine Arts, Jakarta Art Institute.

Nischal Oli. Seorang produser seni, kurator, dan penulis yang tinggal di Kathmandu, Nepal. Lima tahun terakhir ini, Oli adalah sosok penting dalam medan seni kontemporer Nepal. Ia bekerja bersama berbagai kolektif, organisasi, festival, dan seniman. Ia juga adalah pendiri Kala Kosh, sebuah institusi yang bercita-cita mendefinisikan ulang konteks dalam medan seni rupa Nepal, dan juga secara global.

Nischal Oli is an art producer, curator and writer based in Kathmandu, Nepal. For the past 5 years, Oli has been a fixture of Nepali contemporary arts. He has worked with various collectives, organizations, festivals and artists. He is the founder of Kala Kosh, an institution that hope to redefine the context within which art is created in Nepal and globally.

Windu W Jusuf. Kritikus filem. Ia juga pengajar filem di Bina Nusantara. Lulusan pascasarjana CRCS Universitas Gadjah Mada. Saat ini, ia aktif sebagai editor di Cinema Poetica (www.cinemapoetica.com) dan redaktur di Jurnal Karbon (www.jurnalkarbon.net).

Windu W Jusuf. Film critic. He teaches cinema at Bina Nusantara University. He holds a master degree from Gajah Mada University. He is also an editor on Cinema Poetica (www.cinemapoetica.com) and Jurnal Karbon (www.jurnalkarbon.net).

Albert Rahman Putra. Pegiat komunitas di Solok, Sumatera Barat, dan lulusan Institut Seni Indonesia Padangpanjang. Dia adalah pendiri dan pegiat Komunitas Gubuak Kopi, sebuah kelompok studi budaya nirlaba yang bekerja meneliti dan mengembangkan pengetahuan seni dan media di lingkup lokal Solok. Saat ini dia juga menjadi salah satu penulis utama di Rubrik Bernas AKUMASSA (www.akumassa.org).

Albert Rahman Putra. Grass-root activist in Solok, West Sumatera, and graduated from ISI Padangpanjang. He was the founder of Komunitas Gubuak Kopi, a non-profit cultural organization whom works as a researcher and developoing knowledge on art and media locally in Solok. He is now also one of the writes in Rubrik Bernas AKUMASSA (www.akumassa.org).

Dimas Jayasrana. Pegiat filem dan komunitas. Pernah mendirikan dan mengelola  filmalternatif.org. Pernah menjabat sebagai Wakil Atase Kebudayaan Institute Francais d’Indonesie, dan  programer di CCF Jakarta. Dimas aktif sebagai pegiat komunitas filem sejak 2001, dan banyak terlibat di berbagai kegiatan seputar komunitas dan festival filem. Dimas juga aktif sebagai direktur program Festival Film Purbalingga.

Dimas Jayasrana. Film and film community activist. He once found and developed www.filmalternatif.org. He was working for Institut Francais d’Indonesié, and programmer at CCF Jakarta. He has been active as film community activist since 2001, and involved in several events in related with film community and film festival. Dimas is also the Program Director of Purbalingga Film Festival.

Fauzi Rahmadani. Direktor Program Layar Kemisan Jember 2014, Koordinator JAFF Community Forum 2016, Ketua Divisi Litbang UKM Dewan Kesenian Kampus (2012-2014). Saat ini, ia masih kuliah di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, jurusan Televisi dan Film.

Fauzi Rahmadani. Program Director of Layar Kemisan, Jember (2014), Coordinator of JAFF Community Forum 2016, Head of Research and Development Division UKM Dewan Kesenian Kampus (2012-2014). He studies at University of Jember, majoring TV and Film.

Yuli Lestari. Saat ini, tengah menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang. Ia adalah pegiat Kine Klub UMM dan juga programmer Malang Film Festival (Mafi Fest).

Yuli Lestari. She studies in Universitas Muhammadiyah Malang. She is also active as a member at Kine Klub UMM and also a programmer in Malang Film Festival (Mafi Fest).

D. Panel – “Filem Dokumenter dan Eksperimental” / “Documentary and Experimental Film”

Shalahuddin Siregar. Memulai karirnya sebagai pembuat filem dokumenter ketika terpilih sebagai salah satu finalis Eagle Awards tahun 2005. Pada tahun 2009, ia terpilih sebagai salah satu partisipan Doc Station Berlinale Talent Campus, sebuah pelatihan bagi para pembuat filem muda yang dihelat di Berlin, Jerman. Salah satu karyanya, The Land Beneath the Fog, kerap dipresentasikan di festival-festival filem Internasional.

Shalahuddin Siregar started as a documentary filmmaker when chosen as one of the finalists of Eagle Awards in 2005. In 2009, he was a participant of Doc Station Berlinale Talent Campus, a workshop for young filmmaker held in Berlin, Germany. One of his works, The Land Beneath the Fog was screened in several international film festivals.

Sow-Yee Au. Lahir di Malaysia dan saat ini tinggal serta bekerja di Taipei. Ia merupakan lulusan Universitas Budaya Tiongkok, jurusan Seni Teater, dan mendapatkan gelar Master di bidang Seni Murni di Universitas Seni San Francisco. Berkutat dalam mempertanyakan relasi antara gambar, membuat gambar, sejarah, politik dan kekuasaan, melalui instalasi video dan medium lainnya. Saat ini, ia sedang fokus mengerjakan penggambaran kembali sejarah Malaysia dan relasinya dengan perspektif serta ideologis pada zaman Perang Dingin.

Sow-Yee Au. She was born in Malaysia, and now is based in Taipei. Her artistic practice focuses on questioning, exploring, as well as expanding, the relation between images, image-making, history, politics and power, through video installation and other media. She was the co-founder of the Kuala Lumpur Experimental Film and Video Festival, which she co-curated in 2010 and 2011.

Hafiz Rancajale. Seniman, kurator, sutradara, dan pendiri ruangrupa dan Forum Lenteng. Memiliki latar belakang pendidikan di bidang Seni Murni, Institut Kesenian Jakarta. Pernah menjadi Direktur Artistik di OK. Video – Jakarta International Video Festival (2003-2011). Kini dia adalah Direktur Artistik ARKIPEL – Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival.

Hafiz Rancajale. Artist, curator, film director, and one of the founders of ruangrupa and Forum Lenteng. His educational background is Fine Arts, Jakarta Art Institute. He was the Artistic Director of OK.Video – Jakarta International Video Festival (2003-2011). He is now the Artistic Director of ARKIPEL – Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Contact Us

We're not around right now. But you can send us an email and we'll get back to you, asap.

Not readable? Change text. captcha txt

Start typing and press Enter to search

X