Malam Penutup ARKIPEL 2022: “Sinema Hidup Karena Komunitas”
Sabtu, 3 Desember 2022, semarak kemeriahan terdengar di Forum Lenteng. Setelah 7 hari berjalan festival film ARKIPEL menyelenggarakan acara terakhir untuk menutup rangkaian acara festival film ARKIPEL tahun ini berupa malam penghargaan untuk filem-filem yang telah didaftarkan dan diputar selama festival berlangsung. Acara ini dihadiri oleh berbagai perwakilan dari komunitas, sutradara filem, dan perwakilan dari Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Sudin Parekraf) untuk kota Jakarta Selatan
Acara dipandu oleh direktur festival ARKIPEL Yuki Aditya bersama Anggraeni Widhiasih sebagai penterjemah bahasa Inggris. Kata sambutan dimulai oleh kepala Sudin Parekraf kota Jakarta Selatan Rus Suharto. Beliau menyampaikan apresiasi terhadap keberhasilan Forum Lenteng mengadakan ARKIPEL dan bagaimana festival filem seperti ARKIPEL bisa menjadi salah satu penopang untuk industri kreatif kota Jakarta Selatan dengan menggunakan filem sebagai daya tarik untuk urban tourism.
Setelah kata sambutan, acara penghargaan dimulai. Ada empat penghargaan yang akan diberikan kepada filem-filem yang selama tayang di ARKIPEL, keempat penghargaan tersebut adalah: Forum Lenteng Award, Peransi Award, Jury Award, dan ARKIPEL Award.
Yang pertama dibacakan adalah Forum Lenteng Award, penghargaan untuk filem yang dipilih oleh para anggota Forum Lenteng. Penghargaan ini dibacakan oleh anggota juri dan selektor ARKIPEL Manshur Zikri dan dimenangkan oleh Women in Minor Speculation (2021) karya sutradara Nicole Hewitt, diproduksi di Kroasia. Menurut pernyataan juri yang dibacakan oleh Zikri, filem ini berhasil memberikan kesadaran baru terhadap filem esai dan mampu membawa media menuju ranah yang lebih konseptual yang sejalan dengan praktik Forum Lenteng
Kedua, adalah Peransi Award, penghargaan yang terinspirasi dari tokoh kritik filem Indonesia David Albert Peransi. Penghargaan ini untuk filem yang dibuat oleh sutradara muda yang berumur kurang dari 30 tahun. Penghargaan ini dibacakan oleh sutradara Shalahuddin Siregar dan dimenangkan oleh Mayday, Mayday, Mayday (2022) dari sutradara Yonri Revolt yang diproduksi di Indonesia. Dalam pernyataan juri, Shalahuddin menyatakan bahwa pembuat filem ini mampu menunjukkan aktivisme melalui interaksi subjek dan perangkat teknologi digital dan menunjukkan optimisme ditengah-tengah ketidakadilan.
Penghargaan ketiga adalah Jury Award yang dibacakan oleh Ding Dawei, anggota dewan juri ARKIPEL dan direktur festival Beijing International Short Film Festival, penghargaan ini dimenangkan oleh By The Throat (2021) dari sutradara Amir Borenstein dan Effi Weiss, diproduksi di Belgia. Dalam pernyataan juri, Dawei mengatakan bahwa filem ini mampu menawarkan ide kerapuhan tubuh yang kontekstual dalam permasalahan global dan mampu menunjukkan dunia dimana ilmu pengetahuan dan teknologi digital justru menjauhkan kita dari kemanusiaan itu sendiri. Penghargaan ini juga memiliki special mention untuk filem Broca’s Aphasia (2022) dari sutradara Ming Yen-Su dan diproduksi di Taiwan dalam pernyataan juri Dawei mengatakan bahwa filem ini menunjukkan intervensi teknologi ekstrem yang memaksa manusia kehilangan sentuhan manusia dengan keberadaannya.
Penghargaan terakhir adalah ARKIPEL AWARD, penghargaan utama dalam ARKIPEL, yang diberikan kepada filem yang dianggap mampu menunjukkan keberhasilan artistik tertinggi. Penghargaan ini dibacakan oleh Risa Permanadeli, salah satu anggota juri ARKIPEL dan Direktur Pusat Kajian Representasi Sosial. Penghargaan ini dimenangkan oleh Di Hu dengan filemnya The Efficiency Exhibition (2022) dan diproduksi di Irlandia. Dalam pernyataan juri Risa mengatakan bahwa filem ini menawarkan gambaran tentang bagaimana pengawasan tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang berkuasa tetapi juga oleh orang-orang biasa yang pada awalnya hanya ingin mengambil sebuah gambar.
Acara penghargaan ditutup oleh pidato dari Hafiz Rancajale, direktur artistik ARKIPEL dan juga pendiri Forum Lenteng. Dalam pidatonya, Hafiz berterimakasih kepada setiap pihak yang telah mendukung dan membantu ARKIPEL agar bisa dilaksanakan tahun ini. Ia juga berkata bahwa tempat-tempat dan acara seperti Forum Lenteng dan ARKIPEL sangatlah dibutuhkan, karena sinema hidup dan berkembang karena orang-orang yang berada di komunitas. Namun dalam prakteknya, ketika industri filem semakin membesar, komunitas yang menghidupkan filem justru tertinggal di belakang.
Setelah rangkaian acara penghargaan selesai para pengunjung berpindah tempat menuju bioskopforlen yang disulap menjadi ruang konser musik eksperimental hasil karya kolaborasi antara dua musisi yaitu Aldo Ahmad dan Sabrina Eka berjudul Turbulensi Bunyi. Sebuah karya musik yang menggunakan teknik sinkronisasi suara dan audio sampling untuk mencerminkan pergeseran paradigma yang diakibatkan oleh pandemi dan krisis geopolitik saat ini.
ARKIPEL 2022 Closing Night: “Cinema Lives Because of Community”
Saturday, December 3, 2022, Saturday night, a lively celebration was heard at the Lenteng Forum. After 7 days of running, the ARKIPEL film festival held the last event to close the series of events at this year’s ARKIPEL film festival in the form of an award night for films that had been registered and screened during the festival. This event was attended by various representatives from the community, film directors, and representatives from Tourism and Creative Economy Office (Sudin Parekraf) for the city of South Jakarta.
The event was hosted by ARKIPEL festival director Yuki Aditya with Anggraeni Widhiasih as the English interpreter. The head of Sudin Parekraf of South Jakarta, Rus Suharto, gave an opening remark to start the ceremony. He expressed his appreciation for the success of Forum Lenteng in holding ARKIPEL and how film festivals like ARKIPEL can be one of the supports for the creative industry in South Jakarta by using film as an attraction for urban tourism.
After the opening remarks, the awards ceremony began. Four awards will be given to films that have been screened at ARKIPEL, the four awards are Forum Lenteng Award, Peransi Award, Jury Award, and ARKIPEL Award.
The first to be read out was the Forum Lenteng Award, an award for films chosen by Forum Lenteng members. This award was read out by ARKIPEL jury member and selector Mansur Zikri and won by Women in Minor Speculation (2021) by director Nicole Hewitt and produced in Croatia. According to the jury’s statement read out by Zikri, this film succeeded in giving new awareness to essay films and was able to bring the media into a more conceptual domain that is in line with Forum Lenteng’s practice.
The second is the Peransi Award, an award inspired by Indonesian film critic David Albert Peransi. This award is for films made by young directors who are less than 30 years old. This award was read by director Shalahuddin Siregar and won by Mayday, Mayday, Mayday (2022) from director Yonri Revolt and produced in Indonesia. In the jury’s statement, Shalahuddin stated that the filmmaker was able to show activism through the interaction of subjects and digital technology devices and showed optimism amid injustice.
The third award was the Jury Award which was read by Ding Dawei, a member of the ARKIPEL jury and festival director of the Beijing International Short Film Festival festival. This award was won by By The Throat (2021) by director Amir Borenstein and Effi Weiss, produced in Belgium. In the jury’s statement, Da Wei said that this film offered a contextual idea of the fragility of the body in global problems and showed a world where science and digital technology distance us from humanity itself. This award also mentions the film Broca’s Aphasia (2022) directed by Ming Yen-Su and produced in Taiwan. In the jury’s statement, Da Wei said that this film shows extreme technological intervention that forces humans to lose their fundamental touch with their existence.
The last award is the ARKIPEL AWARD, the main award in ARKIPEL, which is given to films deemed capable of showing the highest artistic merit. This award was read out by Risa Permanadeli, a member of the ARKIPEL jury and director of the Center for Social Representation Studies. Di Hu won this award with his film The Efficiency Exhibition (2022) which was produced in Ireland. In the jury’s statement, Risa said that this film offers a picture of how surveillance is carried out by people in power and ordinary people who at first just wanted to take a picture.
The award ceremony was closed by a speech from Hafiz Rancajale, artistic director of ARKIPEL and also the founder of Forum Lenteng. In his speech, Hafiz thanked every party that has supported and assisted ARKIPEL so that it can be implemented this year. He also said that places and events such as Forum Lenteng and ARKIPEL are urgently needed because cinema lives and develops because of the people in the community. But in practice, when the film industry grows bigger, the communities that make the film alive are left behind.
After the award ceremony was over, the visitors moved to bioskopforlen which was transformed into an experimental music concert hall created by a collaboration between two musicians, Aldo Ahmad and Sabrina Eka entitled Sound Turbulence. A piece of music that uses sound synchronization and audio sampling techniques to reflect the paradigm shift caused by the current pandemic and geopolitical crisis.