Dari Luar, ke Dalam, dan Sebaliknya
From the Outside In, and Vice Versa

Host I Gde Mika

Kamis, 1 Des 22 – 13:00

Konteks yang paling sederhana dari gambar adalah bingkai. Konteks tersebut dapat dideteksi dengan mundur selangkah ke belakang. Tapi, dapatkah bingkai merefleksikan dirinya sendiri dengan dan melalui acuannya sendiri? Ketakterhinggaan pemantulan diri sendiri berujung pada kebuntuan. 

Sebaliknya, secara prinsip, bingkai ada karena objek di dalamnya. Pengulangan hubungan keduanya pun menciptakan citra tertentu. Keberadaan objek terhadap bingkai bukan bebas, agregasi keduanya merupakan bahan baku dari citra. Di sisi lain, bingkai belajar dari objek tentang hal-hal di luar dirinya menurut cakupan bingkai-gambar, seperti intensi dari sosok di baliknya, ataupun siapa yang hendak ia alamatkan. Keterangan waktu tidak melibatkan dirinya secara langsung, karena gerak yang tercipta di antara gambarlah yang mengundang keterlibatannya di dalam filem. 

Demikian titik tolak dari film Make a Distinction (2021) dan Mayday! May day! Mayday! (2022). Kedua filem ini tak hanya berada dalam tatanan aktualitas peristiwa yang terjadi di depannya, yang juga menandakan kesementaraannya. Namun, filem-filem ini juga menunjukkan kemenduaan antara siapa yang dialamatkan di dalam bingkai serta yang akan teralamatkan di luarnya. Kemenduaan ini menjadi semacam rute yang diambil dalam dua bidang yang terpisah: yang satu harus menjadi pusat pandangan kamera; yang kedua, melalui sosok lainnya. Kemenduaan terpancar dari aksi interventif yang kemudian menjadi penampilan di dalam layar. Gerakan keluar-masuk layar ini menjadi perpindahan yang turut mengalihkan peran. Gerak menjorok ke dalam bingkai ini mewujud lewat interaktivitas persoalan.

Intervensi pembuat filem tersebut adalah sebuah transisi adegan yang tidak linear, namun merupakan aksi pelacakan topologis dua bidang terhubung yang tidak seukuran. Bingkai bukanlah batas, melainkan lorong perantara yang bisa dipahami lewat interaksi di depan bingkai. Ruang imajiner di belakang kamera, atau ruang kontinuum dari lorong bingkai, bisa tercipta di kepala penonton, karena terjadi secara bersamaan: penjarakan dan pendekatan atas proses interaksi dan momen yang tertangguhkan. 

Kedua filem ini berupaya untuk meloloskan dirinya dari pantulan tak terhingga. Mereka menyodorkan interaksi sebagai persoalan yang ada di sana. Sedangkan, tindakan interventif memanifestasikan sinema sebagai ruang ketiga. Filem ini berdialog tidak hanya dengan penonton, tapi juga dengan wacana yang dibangun oleh topologis ruang-ruang tersebut di atas. 

Make a Distinction adalah pelacakan langsung situasi kota Chicago dalam rangkaian imaji-imaji yang mengelilinginya: dari logo franchise sampai tahap produksi film yang menyertainya. Contohnya, adegan syuting film diintervensi oleh polisi, institusi yang sekaligus mengontrol representasinya sebagai sang penyelamat. Pembentukan “citra-polisi” yang terlibat masuk lewat pengaturan proses produksi film tersebut adalah imajinasi masyarakat integralistik yang berada dalam bayang-bayang kebijakan. Pengintaian di sini menjadi analogi yang mempertegas kesan penyelidikan terhadap sesuatu.  

Mayday! May day! Mayday!  bercerita tentang peristiwa pasca demonstrasi buruh di masa lima tahun mogok kerja di tambang batu bara di Timika, Papua. Filem berfokus pada situasi paradoksal dari masing-masing tokoh yang bertahan dalam penantian mereka. Mereka berjuang tuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tindakan interventif dibangun lewat suara sutradara pada saat wawancara. Sutradara menjadi perantara dari dua peristiwa yang terpisah: footage demonstrasi yang sedang berlangsung dan situasi pasca-demonstrasi. Persimpangan terjadi lewat obrolan dengan para tokoh yang terlibat di dalam peristiwa tersebut. Salah satu tokohnya, Deni Purba, yang selalu disertai istrinya, Pasuputri, terjerembap antara lingkup politik sebagai mantan narapidana karena aksi pemogokannya dan upaya pemenuhan kebutuhannya sehari-hari. Ia tidak dapat kembali dari situasi tersebut, ataupun menangguhkan persoalan yang tak terselesaikan.

The simplest context of an image is a frame. The context can be detected by taking a step back. But, can a frame reflect itself with and through its own terms? The infinity of self-reflections leads to a deadlock.

Instead, in principle, a frame exists because of the object inside of it. The repetition of the relationship between the two creates a certain image. The object is not independent of the frame; the aggregation of both becomes the raw material of an image. On the other hand, the frame learns from the object about things outside of itself according to the scope of the frame-image, such as the intentions of the figure behind it, or whom does it address. The description of time does not involve the frame directly, but the movement which emerged between images invites its involvement to the film.

This is the starting point of Make a Distinction (2021) and Mayday! May day! May day! (2022). These two films not only belong in the order of the actuality of the events that happened in front of them, signifying their temporality. But these films also show the ambiguity between who is addressed in the frame and who will be addressed outside it. This ambiguity becomes a kind of route taken in two separate planes: the first must be the center of attention of the camera; the second through another figure. The ambiguity is radiated from acts of intervention, which would later make its appearance on the screen. This movement of going in and out of the screen is a movement that also switches their roles. The intrusive movement into the frame manifests itself through the interactivity of the problem.

The filmmaker’s intervention is not a linear transition between scenes, but a topological investigation of two connected planes that are not of the same size. The frame is not a boundary, but an intermediary passage that can be understood through the interaction in front of the frame. An imaginary space behind the camera, or a space continuum from the passage of the frame, can be formed in the spectator’s head; because the distancing and approaching of the interaction process and the suspended moment happens simultaneously.

Both of these films try to escape the infinite reflection. They present interaction as a problem that is there. Meanwhile, acts of intervention manifests cinema as a third space. This film does not only converse with the spectator, but also with the discourse that is constructed by the topology of the spaces mentioned above.

Make a Distinction is a direct tracking of the situation in the city of Chicago in the series of images that surround it: ranging from franchise logos to steps of the film production itself. For example, a film shooting scene is intervened by the police, an institution that also controls its representation as the savior. The formation of the “police-image” through the constraining of the film production is an imagination of an integralist society under the shadows of policy. Surveillance becomes an analogy which emphasizes the impression of investigating something.

Mayday! May day! May day! tells the story of the events following the labor demonstration during the five-year strike at a coal mine in Timika, Papua. The film focuses on the paradoxical situation of each character who tried to survive in their long wait. They struggle to meet their daily needs. Interventive action is built through the director’s voice during the interview. The director mediates two separate events: footage of the ongoing demonstration and the post-demonstration situation. The intersection occurred through conversation with the figures involved in the event. One of the characters, Deni Purba, who is always accompanied by his wife, Pasuputri, is torn between the political sphere as an ex-convict because of his strike action and efforts to fulfill his daily needs. He cannot return from the situation, nor can he postpone these unresolved issues.