Buy Ambien Online Buy Ambien Visa Buy Real Zolpidem Buy Brand Ambien Online Ambien Order Canada Zolpidem Buy
 In ARKIPEL 2022 - catch-22, International Competition

Batas Air
Water Margins

Host Luthfan Nur Rochman

Sabtu, 26 Nov 2022 – 19:00

Sebelum bertolak ke Selat Bosforus demi mencari kekasih hatinya Cunegonde, Candide dan kawannya makan malam di Venesia. Di sana ia bertemu dengan enam orang asing yang ternyata adalah raja-raja Eropa dan Sultan Ottoman yang kehilangan tahtanya. Obrolan singkat tentang riwayat kejatuhan masing-masing, menggambarkan betapa pun abstraknya garis demarkasi wilayah Eropa, ia senantiasa menjadi sesuatu yang diproblematisasi oleh penguasa yang bahkan saling berkerabat. Episode tersebut serta seluruh petualangan Voltaire tentunya, merupakan satir kenyataan sezaman di mana karya seminal Voltaire itu dibuat; pertengahan abad 18 Masehi, Abad Pencerahan yang penuh dengan kekerasan kolonialisme, Inkuisisi, dan perang antar wilayah—serta saudara. Masa di mana Eropa modern mulai mendefinisikan negara-bangsa yang berdaulat atas wilayah geografis yang dapat kita lihat sisanya hingga kini.

Para pemikir Abad Pencerahan tak sekalipun membayangkan bahwa Dunia terbelah dua oleh ideologi dan teknologi media berkontribusi besar dalam menyulut revolusi besar atas despot-despot modern di selatan Laut Mediterania. Klaim historis atas kejayaan masa lalu dan traktat-traktat yang menjadi basis atas identitas kawasan seketika luruh oleh buruh tani yang dipersenjatai dan prosumer Internet. Goncangan atas batas geografis yang dijaga keseimbangannya pasca-kemerdekaan negara jajahan dengan Perang Proksi dan pasca keruntuhan Soviet ditandai oleh Perang Saudara yang tak kunjung habis, invasi dan diaspora “ilegal”. Hasrat ekspansi yang paling purba pun terus menerus terkontekstualisasi oleh aturan main baru sesuai kebutuhan. Pada perkembangan kontemporer, hasrat ekspansi itu melahirkan ekspansi fisik manusia-manusia pencari suaka.

Sinema (dalam hal ini termasuk video), sebagai teknologi media mutakhir dalam mendekatkan “kenyataan”, bersaksi atas keriuhan itu, baik di sisi status-quo ataupun alat agitprop para revolusioner. Para pembuat filem ini tidak jarang menggunakan kerangka arkeologis dalam memeriksa relung-relung peradaban dan menawarkan utopia yang dibangun dari elaborasi primordialisme atas teritori. Namun dalam strategi-strategi sinema yang menjadi senandika atas manusia-manusia di tengah pusaran konflik dan ekses-eksesnya lah kita dapat mencoba ikut mempertanyakan “kenyataan” itu.

Kuratorial ini menyajikan dua filem yang berangkat dari kepingan-kepingan dalam melihat kenyataan hari ini terkait batas-batas dan menariknya ke persoalan yang lebih universal terkait kemanusiaan dan relasi kebumian. Berangkat dari dua poin geografis terpenting di Eropa, Laut Mediterania dan Sungai Danube, para pembuat filem mengembalikan titik gejolak politik kontemporer Eropa ini ke keadaannya sebagai badan air secara intim lagi sistematis. Travelog dan dialog antar kawan beririsan dengan kerangka arkeologis yang ditawarkan oleh pembuat filem dalam membicarakan geografi Eropa kontemporer. Badan air yang pada peta dunia adalah sebuah garis, bidang atau relief berwarna biru memuat memori akan jejaring maritim, neolitik dan pertukaran digital.

Dari dua badan air yang memuat denyut peradaban sejak masa prasejarah ini, para pembuat filem menjelma arkeolog yang mengekskavasi keseharian di lokasi-lokasi (fisik maupun digital) dan menemukan kepingan-kepingan yang mengurai kesinambungan sejarah, baik itu dalam bentuk senandung ataupun arca yang tersimpan dalam lapisan tanah, Mini DV, seluloid dan recycle bin sebuah komputer. Menyusun hal-hal minor ini ke dalam sebuah kronik yang menstimulasi persepsi akan waktu yang panjang. Sebuah spekulasi atas relasi manusia dengan manusia, objek-objek, gestur, tutur,  lanskap, sejarah, dan bumi sebagai modus berada yang meliputi keseluruhan, atau dalam istilah salah satu pembuat filem—kosmopolitik. Pada akhirnya, para pembuat filem dalam kuratorial ini lewat catatan perjalanan mereka memperluas tesis yang Candide sadari pada akhir perjalanannya melewati kekacauan geopolitis dunia, bahwa hal yang perlu dilakukan adalah “mengerjakan kebun kita”. 

Before leaving for the Bosphorus strait to find his sweetheart Cunegonde, Candide and his friends had dinner in Venice. There he met six strangers who turned out to be European kings and the Sultan of Ottoman who lost his throne. A short conversation about the history of each fall illustrates that no matter how abstract the demarcation line of Europe is, it has always been something that’s polemicized by rulers who are even related to each other. Of course, this episode and all of Voltaire’s adventures, are a satire of the contemporary reality in which Voltaire’s seminal work was made; mid-18th century, the Age of Enlightenment, filled with violent colonialism, The Inquisition, and wars between territories—and civil wars. The period in which modern Europe began to define nation-states that were sovereign over geographical areas we can see the rest of until now.

The thinkers of the Age of Enlightenment never even imagined that the world would be divided in two by ideology and media technology, playing a major role in agitating the great revolution of the modern despots in the south of the Mediterranean Sea. Historical claims to past victories and treaties that formed the basis of regional identity were suddenly dismantled by armed peasants and Internet prosumers. A blow to geographical boundaries that were kept in balance after the independence of the colonized countries with the Proxy War and the post-Soviet collapse was marked by the never-ending Civil War, invasions, and “illegal” diaspora. Even the most ancient desire for expansion is continuously contextualized by new rules of the game as needed. In contemporary developments, the desire for expansion has given rise to the physical expansion of asylum seekers.

Cinema (including video in this case), as the latest media technology bringing “reality” closer, bears witness to the disturbance whether on the side of status quo or as an agitprop tool of the revolutionaries. These filmmakers often use archaeological frameworks in examining the niches of civilization and offer a utopia built on the elaboration of primordialism-over-territories. However, in cinema’s strategies that become a soliloquy on humans among the vortex of conflicts and its excess, we can try to take a part in the questioning of this “reality”.

This curatorial program presents two films that set out to depart with pieces looking at contemporary realities regarding borders, and thread them into more universal affairs regarding humanity and earthly relations. Departing from two of the most important geographical points in Europe, the Mediterranean Sea and the Danube River, the filmmakers return these contemporary political turning points in Europe into their state as bodies of water, in an intimate and systematic manner. Travelogues and dialogues between friends overlap with the archaeological framework offered by filmmakers in discussing contemporary European geography. Bodies of water, which on the world map are a line or area or relievo in blue, contain memories of maritime networks, the Neolithic and digital exchanges.

From these two bodies of water that contain the heartbeat of civilization since prehistoric times, the filmmakers become archaeologists who excavate daily life in (physical and digital) locations and find pieces that unravel the continuity of history, be it in the form of humming or statues buried deep underground, Mini DV, celluloid and a computer’s recycle bin. Arranging these minuscule pieces into a chronicle which stimulates the perception of a long period. A speculation on the human relationship between humans, objects, gestures, speech, landscapes, history, and the earth as a mode of being that encompasses the whole, or in the words of one filmmaker—cosmopolitics. Ultimately, the filmmakers in this curatorial program, through their travel notes, expand on the thesis that Candide realized at the end of his journey through the world’s geopolitical turmoil, that what needs to be done is “to cultivate our garden”.

Film List

Cronache di quel tempo

Filmmaker Maria Iorio, Raphaël Cuomo
International Title Chronicles of That Time
Country of Production Switzerland, Italy
Language Arabic, Italian, French
Subtitle  English

76 min, stereo, HD, color, 2021

Perjalanan menyusuri Laut Mediterania menyibak percakapan sehari-hari tentang lokasi, memori, cara hidup dan diaspora antar filmmaker Eropa dengan seorang kawan Tunisia yang terekam dalam mini DV. Diksi, lantunan nada, perahu dan mozaik dari masa Romawi menjelma senandika yang mengkonstruksi persepsi kawasan dengan sejarah bersama yang panjang dan melampaui batas-batas arbitrer dan penuh aturan yang mendehumanisasi dari geopolitik kontemporer.

A journey along the Mediterranean Sea reveals daily conversations about location, memory, way of life and diaspora between a European filmmaker and a Tunisian friend recorded on mini DV. The diction, tones, boats and mosaics from Ancient Rome are transformed into soliloquies that construct the perception of regions with a shared history that expands and transcends arbitrary borders full of dehumanizing rules in contemporary geopolitics.

Maria Iorio dan Raphaël Cuomo adalah duo seniman yang berbasis di Jenewa dan Berlin. Dalam beberapa tahun terakhir, kolaborasi praktik artistik mereka yang melibatkan penelitian jangka panjang telah menyelidiki ekonomi visibilitas dalam kaitannya dengan rezim mobilitas masa lalu dan sekarang di pantai selatan dan utara Laut Mediterania. Mereka saat ini fokus pada “sinema minor” dekolonial Unfinished histories – histoires en devenir, serangkaian pameran, pemutaran dan pembicaraan yang meninjau kembali historiografi bidang praktik gambar bergerak yang diperluas.

Maria Iorio and Raphaël Cuomo are an artist duo based in Geneva and Berlin. In recent years, their collaborative artistic practice involving long-term research has investigated the economies of visibility in relation to past and present mobility regimes over the southern and northern shores of the Mediterranean Sea. They currently focus on decolonial “minor cinemas” and previously curated Unfinished histories – histoires en devenir, a series of exhibitions, screenings and talks that revisited the historiographies of the expanded field of moving image practices.

Women Minor Speculation

Filmmaker Nicole Hewitt
Country of Production Croatia
Language English
Subtitle  

59 min, stereo, HD, color, 2021

Investigasi spekulatif atas relasi manusia dengan objek dan lokasi, dan hubungannya dengan waktu yang panjang. Berangkat dari aktivitas dan temuan arkeologis di sepanjang Sungai Danube di Balkan, pembuat filem menggubah esai yang mempertanyakan bagaimana objek-objek, baik itu purbakala hingga file-file digital, organik maupun anorganik, terdeposisi dan mendikte pemaknaan atas peradaban dan hubungan manusia dengan bumi.

Speculative investigations of human relationships with objects and locations, and in relations to a long period of time. Departing from archaeological activities and discoveries along the Danube River in the Balkans, the filmmaker pens an essay questioning how objects, be it ancient or digital files, organic or inorganic, are deposited and dictating the interpretation of civilization and the relationship between humans and the earth.

Nicole Hewitt adalah seorang seniman visual yang bekerja di bidang film, video, instalasi, pertunjukan, ucapan dan teks. Dia menyelesaikan MA di bidang Media Seni Murni di Slade School of Art, dan PhD di bidang Seni Murni di Slade School of Fine Art tahun 2013, dengan tesis yang mengeksplorasi hubungan antara film, narasi, tarian, sejarah, dan retorika politik. Karyanya berkaitan dengan ingatan, sejarah mikro, dan narasi gender yang dimediasi melalui teknologi representasi dan preservasi. Sejak 2017 ia telah menjadi bagian dari kolektif pertunjukan Soundspiels (Vida Guzmić, Nicole Hewitt, Ivan Slipčević) mengerjakan proyek yang menjelajahi perbatasan Eropa, sejarah material Tembok Atlantik, dan gagasan tentang lanskap dan konstruksinya. Hewitt adalah salah satu pendiri kolektif seniman Studio Pangolin dan mengajar di Departemen Animasi dan Media Baru The Academy of Fine Arts, Universitas Zagreb. Tinggal dan bekerja di Zagreb dan London.

Nicole Hewitt is a visual artist working in film, video, installation, performance, spoken word and text. She completed her MA in Fine Art Media at the Slade School of Art and PhD in Fine Art at the Slade School of Fine Art in 2013 with a thesis exploring the relationship between film, narrative, dance, history and political rhetoric. Her work is concerned with memory, micro history and gendered narrative as mediated through technologies of representation and preservation. Since 2017 she has been part of the performance collective Soundspiels (Vida Guzmić, Nicole Hewitt, Ivan Slipčević) working on projects exploring the borders of Europe, the material history of the Atlantic Wall and ideas about landscape and its construction. Hewitt is cofounder of the artist-run collective Studio Pangolin and teaches at The Department of Animation and New Media of The Academy of Fine Arts, University of Zagreb. Lives and works in Zagreb and London.

About the Host

Luthfan Nur Rochman (Jakarta, 19 Agustus 1993) adalah seorang peneliti, kurator dan pembuat film yang aktif menjadi anggota Milisifilem Collective, Forum Lenteng. Dia lulus dari Program Arkeologi di Universitas Indonesia. Ia sedang mengembangkan program Candikala di Forum Lenteng, yang mencoba mengontekstualisasikan warisan Hindu-Buddha di Indonesia melalui praktik seni kontemporer.

Luthfan Nur Rochman (Jakarta, 19 August 1993) is a researcher, curator and filmmaker who is an active member of the Milisifilem Collective, Forum Lenteng. He graduated from Archaeology Program in Universitas Indonesia. He is currently developing the Candikala program at Forum Lenteng, which is trying to recontextualize Hindu-Buddhist heritage in Indonesia through the practice of contemporary art.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Contact Us

We're not around right now. But you can send us an email and we'll get back to you, asap.

Not readable? Change text. captcha txt

Start typing and press Enter to search

X