august, 2017
Details
Curated by Gelar Soemantri Total Duration 138 minutes Venue Goethehaus – Jakarta / 21 August 2017 / 13.00 Kineforum – Jakarta / 24 August 2017 / 19.00 Film List
Details
Curated by
Gelar Soemantri
Total Duration
138 minutes
Venue
Goethehaus – Jakarta / 21 August 2017 / 13.00
Kineforum – Jakarta / 24 August 2017 / 19.00
Film List
Kendati terlahir sebagai perempuan, Mezel selalu tahu bahwa dirinya seorang laki-laki. Ia pun pandai berburu, berkencan dengan perempuan, menjaga ternak, dan dihormati oleh warga sekitarnya. Dokumenter ‘investigatif’ ini tersusun sebagai suatu petunjuk akan permasalahan aktual tentang batas-batas gender perempuan dan laki-laki dengan mengikuti kehidupan Mezel dan mengumpulkan tanggapan warga tentang sosok protagonis, pengakuannya, kesehariannya, sebagai laki-laki trans di satu kampung terpencil di Iran.
Despite of being born as a woman, Mezel always knew that she is a man. Mezel is also good at hunting, dating women, keeping cattle, and being respected by the surrounding community. This ‘investigative’ documentary is structured as a hint of the actual issues of the boundaries in women and men gender by following Mezel’s life and gathering citizens’ responses about the protagonist, the confession and daily life of Mezel, as trans-man in a remote village in Iran.
Stop-motion kolase dari figur-figur perempuan dalam lukisan-lukisan karya para seniman master Eropa yang kini sudah menjadi klasik. Darinya, tampil gambaran tentang bagaimana sejarah visual telah menyajikan citra tentang perempuan, tetapi juga sekaligus pandangan para seniman lelaki yang menatapnya dan menciptakan pose-pose yang khas dalam merepresentasikan perempuan. Filem ini mengajukan pertanyaan yang hakiki untuk masa kita sekarang tentang sejauh mana pandangan semacam itu tidak banyak berubah.
The stop-motion collage of female figures in paintings by European master artists who have now become classics. From it, a picture of how visual history has presented images of women, but also the sights of male artists who look at them and create distinctive poses in representing women. This film asks the essential question for our time about the extent to which such views have not changed much.
Alur filem ini bergerak antara kilas balik dan waktu sekarang. Motif visual dan naratifnya berlangsung sebagai semacam ingatan tak sadar yang tak linear di balik tragedi penculikan dan perkosaan yang dialami tokoh perempuan dalam upayanya untuk mengungkapkan kejahatan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan tambang yang tampaknya berkolusi dengan penguasa. Drama politis ini diungkapkan dalam sekuen-sekuen interogasi terhadap Mina di ujung penelusurannya mencari jawaban atas bencana pertambangan di Marinduque, sebuah pulau nun di selatan Manila. Ia dan dua rekannya kemudian menjadi korban kekerasan dari pihak yang melindungi dan menghalang-halangi investigasi mereka.
Plot of this film moves between flashbacks and now. The visual and narrative motives take place as a kind of unconscious non-linear recollection behind the abduction and rape tragedy experienced by women figures in their attempts to disclose environmental crimes committed by mining companies that seem to collude with the authorities. This political drama was expressed in the interrogation sequences against Mina at the end of her search for answers on the mining disaster at Marinduque, an island in the far south of Manila. He and his two colleagues later became victims of violence from those who protected and prevented their investigations.
Time
(Thursday) 19:00 - 21:10 UTC+7
Location
kineforum
Jl. Cikini Raya 73, Jakarta - 10330
Organizer
ARKIPEL Penal Colony - 5th International Documentary and Experimental Film Festivalinfo@arkipel.org