august, 2017
Details
Curated by George Clark Total Duration 63 minutes Venue Kineforum – TIM / 20 August 2017, 16.00 Film List Sea of Clouds (George Clark, UK/Taiwan,
Details
Curated by
George Clark
Total Duration
63 minutes
Venue
Kineforum – TIM / 20 August 2017, 16.00
Film List
Sea of Clouds adalah sebuah interview dengan seniman kontemporer Chen Chieh-Jen. Filem ini mengeksplorasi hubungan antara filem, lanskap, dan kehidupan rural dan sejarah-sejarah yang berlapis dari situs-situs tersebut sebagai pengorganisasian-diri dan perlawanan. Dibuat dengan pertanyaan tentang alih bahasa dan hubungan dari apa yang kita dengar dan lihat, file mini mengikuti cerita Chen tentang tradisi para petani memanfaatkan pemutaran filem sebagai sarana pertemuan politik rahasia semasa pemerintahan kolonial Jepang di Taiwan. Judul 雲海 (yúnhai) adalah istilah untuk menggambarkan pemandangan dari pegunungan tertinggi Taiwan saat segala sesuatu di bawahnya tersembunyi dari pandangan karena lautan awan.
Sea of Clouds is structured around an interview with contemporary artist Chen Chieh-Jen. The film explores the relationship between film, landscape and rural life and the layered histories of these sites as places of self-organization and resistance. Built around the question of translation and the relationship of what we hear to what we see, the film follows Chen’s retelling of the farmer’s tradition of using film screenings as means of covert political assembly during the Japanese colonial rule of Taiwan. The title 雲海 / yúnhai is term to describe the view from Taiwan’s highest mountains when everything below is hidden from view by a sea of clouds.
“Seorang wartawan asing tiba di sebuah pulau kecil di Pasifik, 200 mil di lepas pantai Amerika Selatan. Setelah sebagai koloni kusta, pulau itu diubah menjadi sebuah penjara dan kemudian, di bawah mandat PBB, dibuat menjadi sebuah republik yang merdeka. Namun, terlepas dari struktur demokrasi, penduduk—yang berbicara dengan bahasa asing yang aneh yang terdiri dari orang Spanyol dan Inggris—masih mematuhi peraturan penjara yang lama. Setelah mengirimkan kembali laporan terperinci mengenai penyiksaan dan penindasan yang terlihat di mana-mana, sang jurnalis menyadari bahwa ia terjerumus ke dalam perangkap yang diciptakan baginya oleh penduduk pulau itu: karena kekurangan sumber daya alam, maka ekspor utama pulau ini adalah berita. The Penal Colony adalah sebuah dokumen kuat mengenai ketegangan dan kontradiksi di Chile “- Richard Peña
“A foreign journalist arrives on a small Pacific island 200 miles off the coast of South America. Once a leper colony, the island was later transformed into a prison and then, under U.N. mandate, made into an independent republic. Yet despite democratic structures, the inhabitants – who speak a strange dialect composed of Spanish and English – still obey the old prison rules. After sending back detailed accounts of the torture and repression seen everywhere, the journalist realizes that she’s fallen into the trap created for her by the islanders: lacking natural resources, the island’s main export is news. The Penal Colony is a powerful document of the tensions and contradictions in Chile” – Richard Peña
“Ketentuan Darurat Militer Taiwan mencakup undang-undang yang secara jelas menekan pertemuan=pertemuan, demonstrasi, dan pembentukan organisasi. Meskipun demikian, suatu sore pada hari libur di tahun 1983, lima pemuda muncul di Ximending Street mengenakan celana khaki putih dan mengenakan tas katun di atas kepala mereka. Mereka berjalan, bahu-membahu, dari Rumah Merah ke Teater Wannian, menarik perhatian kerumunan penonton yang semakin banyak dan membuat markas besar polisi dan petugas berpakaian preman menjadi waspada. Ketika mereka sampai di tempat tujuan, mereka langsung mulai melolong dan berteriak seolah mereka sangat kesakitan, kecuali salah satu dari orang-orang itu, yang dengan tenang berbaring telentang di tanah. Orang itu adalah Chen Chieh-jen.” (Fang-Tze Hsu, 2013)
“Taiwan’s Martial Law provisions included laws clearly suppressing assembly, demonstrations, and the forming of organizations. Nonetheless, one afternoon on a holiday in 1983, five youths appeared on Ximending Street dressed in white khaki pants and wearing cotton bags over their heads. They walked, shoulder-to-shoulder, from the Red House to the Wannian Theater, attracting the attention of a growing crowd of onlookers and putting the police headquarters and reserve plainclothes officers on alert. When they arrived at their destination, they immediately began howling and screaming as if they were in great pain, except for one of the men, who quietly lay supine on the ground. That man was Chen Chieh-jen.“ (Fang-Tze Hsu, 2013)
Proyek filem yang dibuat dari gulungan diskrit 100ft 35mm. Proyek ini ada dalam dialog dengan karya-karya lain dan dirancang untuk ditampilkan dalam celah antara filem-filem lain. Seri yang ditayangkan dalam kuratorial ini difilemkan di Green Island, sebuah gunung berapi di lepas pantai timur Taiwan yang awalnya dihuni oleh penduduk asli Amis. Selama masa darurat militer di Taiwan 1949-1987, pulau tersebut berfungsi sebagai administrasi koloni hukuman bagi tahanan politik.
Untitled (Eyemo rolls) is an ongoing film project made of discrete 100ft 35mm reels. The project exists in dialogue with other works and is designed to be shown in the gaps between other films. Rolls #87-92 were filmed on Green Island, a volcanic off the eastern coast of Taiwan originally inhabited by the indigenous Amis people. During the martial law period in Taiwan 1949-1987 the island served as the administrations penal colony for political prisoners.
“Saya membuat sebuah film, Voyage of a Hand, yang dalihnya adalah pengujian sistem proyeksi frontal. Saya memberikan teks sembarangan kepada para aktor, shot demi shot. Dan ceritanya mulai terbentuk dengan sendirinya, seperti cara seseorang menulis dalam sekejap.” – Raul Ruiz, 1987
Voyages d’une main (1984) adalah fantasi perjalanan abad ke-19, yang secara longgar diadaptasi dari tulisan-tulisan Honoré de Balzac dan Jan Potocki. Filem ini mengkritik petualangan orang Eropa di koloni eksotis, menelusuri keterasingan dan asal usul kegilaan protagonisnya.
“I did a film, Voyage of a Hand, of which the pretext was the testing of a frontal projection system. I gave texts haphazardly to the actors, shot by shot. And the story began to take shape by itself, like the way one writes, in an instant.” – Raul Ruiz, 1987
Voyages d’une main (1984) is a fantasy of 19th century travel, loosely adapted from writings of Honoré de Balzac and Jan Potocki. The film critiques the adventures of Europeans in exotic colonies, tracing the alienation and descent into insanity of its protagonist.
Time
(Sunday) 16:00 - 17:05 UTC+7
Location
kineforum
Jl. Cikini Raya 73, Jakarta - 10330
Organizer
ARKIPEL Penal Colony - 5th International Documentary and Experimental Film Festivalinfo@arkipel.org