Kompetisi Internasional 7: Menyingkap Trauma dan Konflik Melalui Sinema
Filmmaker : I’m from California
Palestinian : California, America!
Palestinian : America no like Palestine
Filmmaker : But i love Palestine
Palestinian : You like Palestine? Oh thank you, thank you
Percakapan tersebut adalah potongan dialog yang, hingga saat ini, masih terngiang jelas dalam pikiran saya. Dialog singkat itu seolah menggambarkan ketakutan yang dialami warga Palestina dan trauma mendalam akibat kekejaman genosida yang dilakukan oleh Amerika terhadap mereka. Ketakutan itu begitu mendalam hingga bahkan menyebutkan nama salah satu wilayah di Amerika saja sudah cukup untuk memicu rasa takut warga Jenin.
Bertempat di Bioskopforlen, Forum Lenteng, program pemutaran Kompetisi Internasional 7 dilangsungkan. Program bertajuk Tatapan dan Beban yang Ditanggung (Gaze and Burden to Bear) ini dimulai pada pukul 16.00 WIB dengan total durasi pemutaran 3 filem yakni 2 jam. Program ini merupakan salah satu rangkaian pemutaran International Competition di ARKIPEL Garden of Earthly Delights – 11th Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival.
Program ini menyoroti isu-isu sosiopolitik yang mendesak di era kita, dengan fokus pada kekerasan dan ketidakadilan yang terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk genosida yang sedang berlangsung di Palestina. Filem-filem yang diputar adalah Togoland Projections (2023) karya Jurgen Ellinghaus, Death in Jenin (2024) karya Chris Giamo dan terakhir Just a Thing (2024) karya Marc Einsiedel. Melalui pemutaran tiga filem yang mewakili tema tersebut, kurator Adi Osman membawa penonton ke dalam eksplorasi mendalam tentang bagaimana pandangan kita terhadap penderitaan manusia dibentuk dan dipertanyakan.
Togoland Projections menjadi filem pembuka di program ini. Filem karya Jurgen Ellinghaus merupakan sebuah film dokumenter yang menyelidiki sejarah dan dampak kolonialisme di wilayah Togoland, yang sekarang menjadi bagian dari Ghana dan Togo. Filem ini menggali masa lalu melalui arsip, wawancara, dan rekonstruksi, menawarkan pandangan kritis terhadap bagaimana kekuatan kolonial membentuk identitas nasional dan sosial di wilayah tersebut.
Tidak lama sebelum Perang Dunia Pertama, sutradara Hans Schomburgk bersama aktris Meg Gehrtson melakukan ekspedisi filem ke Afrika Barat untuk membuat filem petualangan di wilayah jajahan Jerman, Togo. Meski hampir tidak dikenal di Togo, filem-filem ini menjadi dokumen yang menarik sekaligus mengganggu, merekam puncak kekuasaan kolonial Jerman di Afrika.
Lebih dari seabad kemudian, Jürgen Ellinghaus mulai menggali kembali warisan kelam tersebut dengan menelusuri jejak perjalanan Schomburgk dan menayangkan filem-filem itu di hadapan penonton Togo untuk pertama kalinya. Setelah pemutaran, para penonton merefleksikan konteks historis dari gambar-gambar tersebut, yang kemudian memicu diskusi tentang tradisi, stereotip, dan dampak dari pandangan kolonial. Meski Schomburgk berusaha menggambarkan kehidupan desa yang ideal dan memperkuat mitos Togo sebagai “koloni teladan” Jerman, gambaran tersebut diselimuti oleh kenyataan kerja paksa, penghinaan, dan kesombongan kekaisaran.
Menggabungkan percakapan dengan warga Togo dan rekaman arsip yang luas, termasuk cuplikan dari buku harian perjalanan Gehrtson pada 1913, Togoland Projections menggali sejarah yang menyakitkan ini dari perspektif masa kini yang telah merdeka.
Filem selanjutnya ada Death in Jenin, disutradarai oleh Chris Giamo, sebuah filem dokumenter yang mengeksplorasi konflik dan ketegangan yang terus berlanjut di wilayah Jenin, Palestina. Filem ini berfokus pada kehidupan sehari-hari warga Jenin, menyoroti ketegangan yang mereka hadapi akibat kekerasan yang berkepanjangan serta dampak emosional dan psikologis dari konflik tersebut.
Melalui wawancara mendalam dan rekaman langsung di lapangan, Death in Jenin menggambarkan cerita-cerita pribadi yang sering kali tersembunyi di balik berita utama. Giamo menyajikan potret yang manusiawi tentang penderitaan, ketahanan, dan perjuangan untuk bertahan hidup di tengah kondisi yang sangat sulit. Filem ini bukan hanya sebuah catatan tentang tragedi, tetapi juga sebuah refleksi tentang kemanusiaan yang terus diuji oleh konflik.
Sesi pemutaran ini ditutup dengan filem Just a Thing karya Marc Einsiedel. Filem ini mengeksplorasi tema alienasi, obsesi, dan hubungan antara manusia dan materialisme dalam kehidupan modern. Dengan pendekatan artistik yang unik, Einsiedel mengajak penonton untuk mempertanyakan sejauh mana kita membiarkan objek-objek menguasai dan menentukan siapa kita.
Setiap filem dalam program ini menawarkan perspektif yang berbeda tentang beban yang ditanggung oleh mereka yang berada di garis depan konflik, memaksa kita untuk merenungkan kompleksitas moral dari peran penonton dan tanggung jawab sosial kita. Kompetisi Internasional 7: “Tatapan dan Beban yang Ditanggung” bukan hanya sebuah ajang sinematik, tetapi juga sebuah ruang untuk refleksi kritis tentang kondisi dunia saat ini.
International Competition 7: Uncovering Trauma and Conflict Through Cinema
Filmmaker : I’m from California
Palestinian : California, America!
Palestinian : America no like Palestine
Filmmaker : But i love Palestine
Palestinian : You like Palestine? Oh thank you, thank you
The conversation was a snippet of dialogue that, to this day, still echoes vividly in my mind. The brief dialogue seemed to illustrate the fear experienced by the Palestinians and the deep trauma caused by the genocidal atrocities committed by America to them. The fear is so deep that even mentioning the name of an American state is enough to trigger the fear of Jenin residents.
Located at Bioskopforlen, Forum Lenteng, the International Competition 7 screening program was held. The program entitled Gaze and Burden to Bear started at 4pm with a total screening time for three films was 2 hours. This program is part of the International Competition screening series at ARKIPEL Garden of Earthly Delights – 11th Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival.
This program highlights prominent sociopolitical issues of our era, focusing on the violence and injustice taking place in different parts of the world, including the ongoing genocide in Palestine. The films screened were Jurgen Ellinghaus‘ Togoland Projections (2023), Chris Giamo‘s Death in Jenin (2024) and Marc Einsiedel‘s Just a Thing (2024). Through the screening of three films that represent the theme, curator Adi Osman brought the audiences into an in-depth exploration of how our views on human suffering are shaped and questioned.
Togoland Projections was the opening film in this program. Jurgen Ellinghaus’ film is a documentary that investigates the history and impact of colonialism in the region of Togoland, now part of Ghana and Togo. It delves into the past through archives, interviews, and reconstructions, offering a critical look at how colonial forces shaped national and social identities in the region.
Shortly before the First World War, director Hans Schomburgk and actress Meg Gehrtson went on a film expedition to West Africa to shoot adventure films in the German colony of Togo. Despite being barely known in Togo, these films became fascinating and disturbing documents, recording the peak of German colonial power in Africa.
More than a century later, Jürgen Ellinghaus set out to rediscover this dark legacy by retracing Schomburgk’s footsteps and showing the films to Togolese audiences for the first time. After the screening, the audiences reflected on the historical context of the images, which sparked discussions about tradition, stereotypes, and the impact of colonial gaze. While Schomburgk sought to portray an idealized village life and reinforce the myth of Togo as Germany’s “model colony,” the images were shrouded in realities of forced labor, humiliation, and imperial arrogance.
Combining conversations with Togolese citizens and extensive archival footage, including footage from the travel diary of Gehrtson in 1913, Togoland Projections explores this painful history from the perspective of an independent present.
The next film is Death in Jenin, directed by Chris Giamo, a documentary that explores the ongoing conflict and tension in the Jenin region of Palestine. The film focuses on the daily lives of Jenin residents, highlighting the tensions they face due to the prolonged violence as well as the emotional and psychological impact of the conflict.
Through in-depth interviews and actual on-the-ground footage, Death in Jenin depicts the personal stories that are often hidden behind the headlines. Giamo presents a humane portrait of suffering, resilience, and the struggle to survive amidst extremely difficult conditions. The film is not only a record of tragedy, but also a reflection on humanity that continues to be tested by conflict.
The screening session was closed with Marc Einsiedel’s Just a Thing. The film explores themes of alienation, obsession, and the relationship between humans and materialism in modern life. With a unique artistic approach, Einsiedel invites the audience to question to what extent we allow objects to dominate and define who we are.
Each film in the program offered a different perspective on the burdens borne by those on the frontlines of conflict, forcing us to reflect on the moral complexities of the role of the audiences and our social responsibilities. International Competition 7: “Gaze and Burden to Bear” is not only a cinematic event, but also a space for critical reflection on the current state of the world.