Kepengarangan dalam Dokumenter
Kepengarangan (authorship) merupakan ranah yang berpeluang untuk disentuh dalam perbincangan mengenai sinema dokumenter kekinian. Selama perkembangannya, upaya-upaya bagi sinema dokumenter kini bukan melulu suatu kesetiaan akan hal-hal yang menyingkap ‘realitas’, namun boleh jadi, malahan mempertanyakan ‘realitas’ itu sendiri demi menangkap relung terdalam pengalaman manusia yang mendiami realitas itu. Dalam sejarah sinema, kepengarangan yang dipelopori oleh para sutradara “gelombang baru” (nouvelle vague) Prancis 1960an menjelaskan visi individual sutradara dalam mewujudkan bahasa sinema sehingga kesetiaan akan hal-hal estetis di situ benar-benar berdasar pada kepekaan sang pembuat filem layaknya seorang pengarang roman. Dokumenter, pada dasarnya adalah ‘perlakuan kreatif atas aktualitas’, dan hal ini seringkali ditafsirkan sebagai sikap takzim akan peristiwa-peristiwa aktual kala memandang momen realitas itu. Di sinilah, Jean Rouch menjadi sosok penting dalam khasanah dokumenter yang membuka peluang pemanfaatan fiksi secara diskursif guna mencapai gambaran filemis dari realitas tertentu yang diungkapkan. Dalam pergulatan sinematisnya, penggunaan fiksi pada karya-karya dokumenter Rouch justru lebih dapat menangkap realitas dalam pengertiannya yang paling dalam melalui aktualitas pengalaman psikologis dari subyek yang ‘difiksikan’ secara filemis, sembari mempertanyakan ‘realitas’,dan bahkan sinema dokumenter itu sendiri. Usaha-usaha akan kepengarangan ini menjadi suatu cara pandang baru dalam memandang ‘kebenaran’ dalam sinema dokumenter.
Petit à Petit (Usaha Dagang “Petit à Petit”, 1968-1969)
Pengalaman Modernitas para Native Afrika (Sinopsis)
Usaha Dagang: Petit à Petit merupakan “sekuel etnografis” dari karya Rouch sebelumnya, Jaguar (1957-1967). Digarap dengan skenario yang turut diimprovisasi oleh aktor-aktornya, narasi Petit à Petit mendedah petualangan dan perjuangan sekelompok kecil pengusaha Niger, yaitu Damoure, Illo, dan Lam dalam usaha mereka membangun ekonomi-niaga di tingkat lokal yang dinamai “Petit à Petit” (Kecil-Kecilan). Latar belakang tradisional mereka, tampaknya menjelaskan posisi tersebut. Awalnya, Illo hanyalah seorang pemancing, dan Lam penggembala. Bertekad memajukan usaha, tokoh-tokoh ‘pos-kolonial’ ini berniat membangun sebuah gedung bertingkat sebagai tempat usaha mereka. Untuk itu Damoure terbang ke Paris guna melihat dan menjajaki pembangunan gedung bertingkat, sekaligus bersua dengan fenomena kehidupan moderen kosmopolitan.
Authorship in Documentary Filmmaking
Authorship is a possible territory to be spoken of in the discussion of contemporary documentary cinema. In its evolution, documentary cinema is now no longer on the allegiance to reveal ‘reality’, but might be to question how ‘reality’ itself captures the human experience who inhabits that reality. In the history of cinema, authorship was spearheaded by the French “new wave” (nouvelle vague) filmmakers in 1960s to explain the personal vision of the filmmaker in creating their own cinematic language therefore the director’s aesthetic consistency was really based on the sensitivity of the filmmakers similar to a novel writer. Basically documentary is ‘creative treatment to actuality’, which is often interpreted as a respectful attitude to how actual events look at those realities. Herein, Jean Rouch becomes an important figure in the realm of documentary film in opening opportunity to use fiction discursively to obtain a filmic overview of certain reality revealed. In his cinematic struggle, the use of fiction in Rouch’s film actually can capture reality in its deepest sense through the actuality of psychological experience of his ‘fictionalized’ subjects cinematically while questioning the ‘reality’ and even the term of documentary itself. This efforts of ‘authorship’ are somewhat making a new way of looking at the ‘truth’ in documentary cinema.
Petit à Petit (1968-1969)
Synopsis
Petit à Petit is the “ethnographic sequel” to Rouch’s previous film, Jaguar (1957-1967). This film is produced on a an improvised scenario by the actors themselves. Petit à Petit’s narration is exposing an adventure and struggle of the Niger small entrepreneurs, namely Damoure, Illo and Lam with their attempt to build the local trading company, Petit à Petit. Their traditional background clarifies that position. At the beginning, Illo was only just a fisherman, and Lam was a herder. They have a desire to build multi-storey building as a place to develop and demonstrate the progress of their trading company. For that, Damoure then flied to Paris to see and explore possibility to construct the building in their home land, as well to meet with the phenomenon of modern cosmopolitan life.
Country of Production: France
Language: French
Subtitles: English
96 min, Color, 1970
–
curated by: Akbar Yumni
supported by: Institut Français Indonesia, Jakarta
Synopsis
Kisah petualangan dan perjuangan para pengusaha Niger; Damoure, Illo dan Lam dengan usaha dagang mereka yang bernama Petit à Petit. Mereka punya keinginan membangun gedung bertingkat untuk mengembangkan dan menunjukkan kemajuan usaha mereka. Maka Damoure terbang ke Paris dan ia mengalami konflik moderenitas dan kejutan budaya.
The adventure and struggle of the Niger entrepreneurs; Damoure, Illo and Lam with their trading enterprise, Petit à Petit. They have a desire to build multi-storey building as a place to develop and demonstrate the progress of their business enterprise. Damoure then fly to Paris and at that heart of European civilization, he experiences a conflict of modernity and culture shock.