Ruang Santai: Malam sejuk dan Ratu Repetitif
Malam itu dipenuhi dengan hikmat dan wewangian yang menyelimuti suasana, menciptakan aura penuh cinta kepada syair-syair Indonesia. Di tengah-tengah kerumunan, Ali AlAdawy, seorang juri ARKIPEL Garden of Earthly Delights – 11th Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival yang berasal dari Mesir, memutar lagu-lagu legendaris dari Umm Kulthum, diva besar dari dunia musik Arab. Setelah selesai menonton film di program Candrawala, sekumpulan orang di lounge tertegun mendengarkan dendangan Umm Kulthum, yang mengisi malam dengan keindahan musiknya yang abadi.
Ali AlAdawy bukan hanya berbicara tentang Umm Kulthum sebagai seorang musisi, tetapi juga sebagai seorang ikon revolusi, pejuang hak-hak pekerja, dan wanita yang berani melawan dominasi patriarki di dunia Arab. Dia adalah simbol perlawanan dan perubahan di Mesir dan dunia Arab. Dalam banyak kesempatan, suaranya yang kuat dan lirik-liriknya yang penuh makna digunakan untuk memobilisasi massa dalam perjuangan sosial dan politik. Pada era di mana wanita sering dibatasi oleh norma-norma sosial yang ketat, Umm Kulthum tampil sebagai sosok yang menantang batas-batas itu, memberikan inspirasi kepada wanita di seluruh dunia Arab untuk memperjuangkan hak-hak mereka.
Ali juga menambahkan bahwa Umm Kulthum dikenal sebagai “Ratu Repetitif,” sebuah gelar yang merujuk pada gaya bermusiknya yang sering menggunakan pengulangan dalam lirik dan melodi. Pengulangan ini bukan tanpa alasan; Umm Kulthum memanfaatkannya untuk memperkuat emosi dan makna dalam lagunya, membuat setiap pendengarnya terhanyut dalam suasana yang diciptakannya. Teknik repetitif ini memungkinkan pendengar untuk meresapi setiap kata dan nada, menciptakan pengalaman mendalam yang mempengaruhi perasaan dan pikiran. Dengan repetisi, Umm Kulthum mampu menghipnotis audiensnya, membuat mereka merasa seolah-olah waktu berhenti, dengan seluruh perhatian terfokus pada pesan yang ingin disampaikan.
Pengaruh Umm Kulthum meluas jauh melampaui dunia Arab. Salah satu tokoh yang terinspirasi olehnya adalah Bob Dylan. Meskipun mereka berasal dari latar belakang musik yang sangat berbeda, Dylan mengagumi ideologi dan mentalitas bermusik Umm Kulthum. Bukan gaya musiknya yang diadopsi Dylan, tetapi cara berpikir dan pendekatan Umm Kulthum dalam menciptakan musik yang mendalam dan penuh makna. Seperti Umm Kulthum, Dylan memahami kekuatan musik sebagai alat untuk menyuarakan ideologi dan mempengaruhi perubahan sosial.
Pengaruh Umm Kulthum juga dirasakan oleh Hafiz Rancajale, yang menceritakan pengalamannya ketika YouTube baru mulai diakses. Dia sering mendengarkan lagu-lagu Umm Kulthum seperti seseorang yang sedang mengaji, menikmati setiap nada dan liriknya dengan kekhusyukan yang mendalam. Bagi Hafiz, mendengarkan Umm Kulthum adalah pengalaman spiritual, di mana setiap lagunya memiliki kekuatan untuk menyentuh jiwa dan membangkitkan perasaan yang mendalam.
Umm Kulthum bukan hanya seorang musisi; dia adalah revolusioner. Musiknya memiliki kekuatan untuk mempengaruhi batin, ideologi, dan sikap kritis, tidak hanya di Mesir atau Tunisia, tetapi juga sampai ke Indonesia. Van Luber Parensen, seorang penggemar lainnya, menjelaskan bagaimana lagu-lagu Umm Kulthum sering diputar di masjid-masjid di Indonesia. Meskipun lirik-liriknya tidak selalu berbicara tentang ketuhanan, tetapi tentang cinta, ciuman, pekerja, dan wanita, musiknya tetap diterima dan dihormati.
Salah satu fakta menarik tentang Umm Kulthum yang relevan hingga kini adalah bagaimana dia mendobrak batas-batas gender di dunia musik. Di masanya, sangat jarang bagi seorang wanita untuk mencapai puncak popularitas seperti yang dia lakukan. Dia dikenal karena kemampuannya yang luar biasa dalam mengontrol suaranya, dan banyak orang mengatakan bahwa suaranya adalah anugerah ilahi. Selain itu, dia juga memiliki kemampuan unik untuk berimprovisasi di atas panggung, menciptakan suasana yang benar-benar hidup dan dinamis dalam setiap penampilannya.
Dengan demikian, Umm Kulthum tidak hanya meninggalkan warisan musik yang kaya, tetapi juga sebuah warisan ideologis yang menginspirasi banyak generasi untuk datang. Dia adalah simbol kekuatan, revolusi, dan seni yang tak tertandingi, dan pengaruhnya akan terus dirasakan selama bertahun-tahun yang akan datang.
Festival Lounge: Chilled Night and Repetitive Queen
The evening was filled with reverence and fragrances that enveloped the atmosphere, creating an aura of deep love for Indonesian poetry. Amidst the crowd, Ali AlAdawy, an ARKIPEL Garden of Earthly Delights – 11th Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival Jury from Egypt, played the legendary songs of Umm Kulthum, the great diva of Arab music. After watching Candrawala films at ARKIPEL, everyone was captivated by Umm Kulthum’s voice, which filled the night with the everlasting beauty of her music.
Ali AlAdawy spoke not only about Umm Kulthum as a musician but also as a revolutionary icon, a champion of workers’ rights, and a woman who boldly challenged patriarchal domination in the Arab world. She was more than just a singer; she was a symbol of resistance and change in Egypt and the Arab world. On many occasions, her powerful voice and meaningful lyrics were used to mobilize the masses in social and political struggles. At a time when women were often constrained by strict social norms, Umm Kulthum emerged as a figure who defied those boundaries, inspiring women across the Arab world to fight for their rights.
Ali also added that Umm Kulthum was known as the “Queen of Repetition,” a title that referred to her musical style, which often employed repetition in lyrics and melodies. This repetition was not without purpose; Umm Kulthum used it to amplify the emotions and meanings in her songs, drawing her listeners into the atmosphere she created. This repetitive technique allowed the audiences to fully absorb each word and note, creating a profound experience that touched both the heart and mind. Through repetition, Umm Kulthum could hypnotize her audiences, making them feel as if time stood still, with their entire attention focused on the message she wished to convey.
Umm Kulthum’s influence extended far beyond the Arab world. One figure inspired by her was Bob Dylan. Although they came from vastly different musical backgrounds, Dylan admired Umm Kulthum’s ideology and musical mentality. It wasn’t her musical style that Dylan adopted, but her way of thinking and her approach to creating deep and meaningful music. Like Umm Kulthum, Dylan understood the power of music as a tool to voice ideologies and influence social change.
Umm Kulthum’s impact was also felt by Hafiz Rancajale, who recounted his experience when YouTube first became accessible. He often listened to Umm Kulthum’s songs as if he were reciting the Quran, savoring each note and lyric with deep devotion. For Hafiz, listening to Umm Kulthum was a spiritual experience, where each of her songs had the power to touch the soul and evoke deep emotions.
Umm Kulthum was not just a musician; she was a revolutionary and a masterful artist. Her music had the power to influence the inner self, ideology, and critical thinking, not only in Egypt or Tunisia but also reaching as far as Indonesia. Van Luber Parensen, another fan, explained how Umm Kulthum’s songs were often played in mosques in Indonesia. Although her lyrics did not always speak of divinity, but rather of love, kisses, workers, and women, her music was still accepted and revered.
One interesting fact about Umm Kulthum that remains relevant today is how she broke gender boundaries in the music world. In her time, it was rare for a woman to reach the heights of popularity that she did. She was known for her extraordinary vocal control, with many people saying that her voice was a divine gift. Additionally, she had a unique ability to improvise on stage, creating an atmosphere that was truly alive and dynamic in every performance.
Thus, Umm Kulthum not only left behind a rich musical legacy but also an ideological legacy that continues to inspire generations to come. She is a symbol of strength, revolution, and unmatched artistry, and her influence will continue to be felt for many years to come.