Buy Discount Ambien Generic Ambien Online Buy Zolpidem Uk Best Price Ambien Online Cheapest Generic Ambien Online
 In ARKIPEL 2016 - social/kapital, Film Screening Reviews, Special Presentation

Presentasi Khusus dari Scott Miller Berry

 

Di Kineforum, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dihelatkan tiga program acara ARKIPEL social/kapital – 4th Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival pada 21 Agustus, 2016. Program pertama yang dimulai pukul 11:00 WIB adalah Presentasi Khusus oleh Scott Miller Berry. Scott adalah Direktur Pelaksana Workman Arts, organisasi seni dan kesehatan mental yang mengelola Rendezvous With Madness Film Festival. Ia juga berperan sebagai anggota juri internasional ARKIPEL. Lima filem yang disajikannya berbentuk dokumenter pribadi/personal berfokus pada poros kematian, duka, ingatan, dan sejarah kolektif. Dengan pembawaan santai, Scott mengisahkan narasi-narasi di balik filem-filem yang dibuatnya.

IMG_4689

Dari kiri ke kanan: Scott Miller Berry (anggota Juri ARKIPEL), Yuki Aditya (Direktur Festival ARKIPEL), dan Aprilia Gunawan (relawan ARKIPEL). / From left to right: Scott Miller Berry (one of juries at ARKIPEL), Yuki Aditya (Director of ARKIPEL Festival) and Aprilia Gunawan (ARKIPEL’s volunteer).

IMG_4682

Untitled / Seven Years yang sempat hilang dan ditemukan pada tahun 2015 berisi pengakuan Scott terhadap rasa kehilangan, penyakit, dan seksualitas kepada ibunya yang telah tiada. Pemakaman ibunya dijadikan lokasi dalam filem ini. Anamnesis terinspirasi dari foto-foto yang diwariskannya untuk mengeksplorasi rumah, ingatan, dan sejarah yang dibuat dengan tangan di ruang gelap dengan menambahkan warna secara manual dengan tinta. Beth Olem / House of the World berlokasi di pemakaman Yahudi Beth Olem di Detroit yang dipagari oleh General Motors untuk membangun pabrik perakitan di dekat pemakaman tersebut. Kini, Beth Olem hanya buka 4 jam per tahun, terlepas dari 1.400 penghuni di sekitarnya.

IMG_4686

Cuplikan filem “Ars Memorativa”. / A scene from “Ars Memorativa”.

IMG_4687

Ceci N’est Pas karya Jeanne Liotta, yang sengaja ditambahkan ke dalam kurasi tersebut untuk memperkaya ide dokumenter personal yang disajikan oleh Scott, bercerita mengenai perjalanannya ke New Orleans, naik kereta, dan kematian seorang sahabat dan seniman. Diproses dengan tangan dan tak disunting, Jeanne percaya bahwa filem adalah pengarang dan pembuat bagi dirinya sendiri. Filem terakhir adalah Ars Memorativa / Art of Memory karya Scott yang memakan waktu 6 tahun untuk membuatnya, yang fokus pada 4 subjek utama orang-orang di sekitar Scott, yaitu bibi, teman, kolega, dan stranger. Filem ini menceritakan tentang apa yang terjadi kepada orang yang ditinggalkan setelah seseorang meninggal .

Dengan penonton sebanyak 33 orang, banyak yang menganggap kisah Scott dalam pembuatan filem itu menarik. Di antara beberapa pertanyaan yang diajukan, salah satunya menyinggung tentang bagaimana ia mengelola perasaan yang dituangkannya ke dalam filem yang menyangkut bidang personal kehidupan Scott yang penuh duka. Scott justru cenderung untuk tidak mencoba me-“manajemen” perasaannya. Ia mengakui bahwa cukup sulit untuk berkomitmen kepada realitas dan kejujuran atas emosi pribadi dalam membuat karya, karena mudahnya perasaan tersebut untuk terdistorsi. Untuk mempertahankan keautentikannya, ia mencoba untuk tidak mengontrol dan memikirkan hal itu. Ada saat-saat ketika Scott akan tiba-tiba menangis tanpa berusaha untuk mengerti.

IMG_4684

Scott, yang tidak menganggap dirinya sebagai seniman ini, berpendapat bahwa yang terpenting dari proses pembuatan filem adalah perasaan di dalamnya. Ia terus berusaha untuk tetap berfokus kepada proses dan apa yang terjadi di dalamnya. Sementara itu, saat ini ia sedang mengerjakan sebuah filem yang merupakan ekstensi dari filem-filem yang ditayangkan saat itu. Pada proses pembuatan filem itu, ia mencoba mengisahkan asal usul orang tuanya yang dulu bermigrasi ke Detroit.

Scott Miller Berry Special Presentation

 

On August 21st, ARKIPEL social/kapital – 4th Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival was held at Kineforum, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. At 11 am, the first program was launched with Scott Miller Berry’s special presentation. Scott was managing director for Workman Arts, an art and also mental health organization that worked on Rendezvous with Madness Film Festival. He also acted as ARKIPEL International jury. He chose five films to present as his personal documentary focused on death, grievance, memory, and collective history. Scott discussed those narrations then with his playful manner.

Untitled / Seven Years, a film that was once lost in 2015, depicted Scott’s confession on loss, illness, and sexuality to her late mother. His mother’s burial was set as film location. Anamnesis was inspired from inherited photographs of which were used to explore home, memory, and history that was made in dark room with manual colouring. Beth Olem/House of the World was located in Jewish Beth Olem cemetery in Detroit, fenced by General Motors company that built its assembling factory near by. Now, Beth Olem only opened for 4 hours in a year, despite it had 1.400 dead bodies burried in there.

Ceci N’est Pas by Jeanne Liotta were deliberately enclosed in his presentation to enrich his personal documentary, portraying Jeanne’s journey to New Orleans by train, and the death of an artist and a friend. As her movie was made in raw footage and not edited, Jeanne believe that film was an author and the maker of itself. The last film screened was Ars Memorativa / Art of Memory by Scott that took six years to make, focusing on 4 main subjects around him; his aunt, friend, colleague, and a stranger. Ars Memorative told us about what happened to ones who were left by the deceased.

Many of 33 people who attended his program expressed their interests and excitements. One particular question for Scott was how to deal his feeling when documenting such sad chapters of his life. To his answer, Scott said that he didn’t really manage his feeling, and instead it was difficult for him to commit to such things as feelings and his personal acceptance through his life were easily ‘distorted’. Then, to maintain the authenticity, he tried not to control or think about ‘managing feeling’. There were some times when Scott cried during the filmmaking  and he wouldn’t rationalize it.

Scott, who never regarded himself as an artist, argued that the important thing in filmmaking process was the feeling within. He tried to focus to process and the dynamics that happened in a film. Nowadays, he worked extension of his films that were screened during the program. He attempted to tell the story of his parents who migrated to Detroit.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Contact Us

We're not around right now. But you can send us an email and we'll get back to you, asap.

Not readable? Change text. captcha txt

Start typing and press Enter to search

X