In ARKIPEL 2021 - Twilight Zone, Event Coverage, Festival Program, Festival Stories, Festival Updates, Film Screening Reviews, International Competition
Bahasa Indonesia

Menyelami Sisi Gelap dan Terang Bayangan

Perhelatan program International Competition 4 sudah bisa diakses lewat website Arkipel sejak jam 12 siang kemarin (5/12/2021). Program ini menayangkan 4 filem dari lintas negara seperti Spanyol, Republik Ceko dan Perancis. Adapun 4 filem tersebut adalah Catastrophe, Ojo Guareña, Rocky Tales of Occupation dan EYES/ EYES/ EYES/ EYES. 

Menonton filem secara daring  yang dihadirkan dalam program ini membutuhkan setidaknya konsentrasi dan kepekaan yang ekstra. Sebabnya, film sejenis ini yang lebih mengutamakan eksperimentasi akan lebih maksimal dinikmati di galeri seni ataupun ruangan gelap dengan layar besar. Bukan di sebuah laptop kecil dan lingkungan rumah yang memiliki distraksi setiap beberapa saat sekali.

Saya menonton film ini sesuai dengan urutan kuratorial yang dimulai dengan Catastrophe. Filem ini disutradarai oleh Zbynêk Baladrán, menghadirkan foto forensik yang dihadirkan dalam pindaian digital dari artefak-artefak kehidupan sehari-hari. Filem ini dinarasikan dalam suara yang mendeskripsikan bagaimana hubungan artefak-artefak tersebut berhubungan dengan satu sama lain atau saling berkolerasi. Filem ini hanya berdurasi 6 menit, dan menjadi “hidangan pembuka” yang pas dalam program kuratorial milik Dhanurendra Pandji ini.

Setelah credit roll muncul, filem berlanjut ke Ojo Guareña. Film fokus pada situs gua Ojo Guareña yang ada di Spanyol. Saya kira, awalnya filem ini hanya membahas bagaimana gua ini menjadi tempat karyawisata atau keindahan alam. Namun, setelah 55 menit filem berjalan, saya kagum bagaimana pembuat fiem, Edurne Rubio merelasikan gua Ojo Guareña ke konteks sosial dan politik. Awalnya filem berjalan dengan pelan; subjek filem berupa speleolog berjalan dengan pelan, narasi suara mereka juga berjalan dengan pelan. 10 menit filem berjalan, saya mendapati satu distraksi: Orang tua saya meminta membuka pagar pintu. Distraksi seperti ini sejujurnya menganggu pengalaman menonton film dengan tempo pelan seperti Ojo Guareña ini. 

Setelah saya membuka pagar untuk orang tua, saya lantas melanjutkan filemnya. Dari menit 10 ke 30, para paleontolog yang tidak disebutkan namanya ini menceritakan pengalaman apa saja yang pernah mereka temukan di gua ini. Sekitar tahun 60an akhir atau 70an awal, salah satu dari mereka mengatakan bahwa pernah menemukan jejak kaki menyerupai langkah kaki manusia di satu wilayah gua tersebut. Masalahnya adalah, belum ada salah satu dari mereka yang pernah masuk ke wilayah itu, dan menurut mereka, penemuan itu jauh lebih dahsyat ketimbang Neil Armstrong sebagai manusia yang pertama kali menginjakan kakinya di bulan. Selain itu, mereka juga menjelaskan tentang temuan-temuan fosil yang ada di beberapa wilayah gua.

Di menit ke 31, mata saya tidak bisa menahan kantuk akibat efek baru makan siang dan tempo filem yang sangat lamban. Maka dari itu, saya untuk memutuskan untuk tidur sejenak, sekitar 10 menit. Saya menekan tombol berhenti di laptop, tidur dan beberapa menit kemudian melanjutkan filemnya. Setelah menghabiskan filemnya, saya jadi kagum bagaimana gua Ojo Guareña ini bisa menjadi tempat diskusi secara bebas di era diktator dan bahkan tempat aman untuk para paleontolog yang memiliki pandangan politik berbeda dari diktator tersebut.

Filem dilanjutkan dengan Rocky Tales of Occupation yang disutradarai oleh Stéphanie Lagarde. Tuturan visual filem ini nampak seperti slide presentasi yang hanya menampilkan cuplikan gambar dan suara narator. Namun, esensi dari filem ini terletak di penggunaan konteks. Cuplikan foto relief, artefak dan lukisan berasal dari lorong bawah tanah kota Maastrich yang dimanfaatkan sebagai bengkel seni pelajar Ordo Jesuit sejak abad ke-19. Suara narator yang mendeskripsikan relief, lukisan, dan peninggalan dalam gua tersebut berpadu dengan rekaman suara deruan angin dan dentuman yang masuk sebagai transisi di setiap foto. Rekaman deruan angin dan dentuman ini didesain membentuk tempo film dan menciptakan suasana seolah kita sedang berada di ruang bawah tanah itu. Cerita soal relevansi sejarah dan kolonialisme di setiap cuplikan gambar merupakan hal yang dikorelasikan oleh pembuat filem.

Filem terakhir dari program kuratorial ini adalah EYES/EYES/EYES/EYES yang disutradarai oleh Albert García-Alzórriz Guardiola. Narasi visual yang dihadirkan dalam filem ini sekilas mungkin terlihat acak dan tidak memiliki struktur yang jelas. Namun, jika ditelisik lebih jauh, film ini memiliki struktur yang dihadirkan secara berulang dan memiliki polanya sendiri. Hal ini bisa dilihat bagimana pembuat filem bermain dengan analogi cermin cembung sebagai penanda ruang, pengulangan getaran yang ada di lab batu, dan lain-lain. Filem ini adalah hasil interpretasi pembuat filem dari cerpen Franz Kafka yang berjudul Prometheus. Filem ini menggunakan kamera sebagai pengamat tentang pekerjaan arkeologis seperti patung dan artefak lainnya yang berhubungan dengan rezim dan relasi kuasa.

Dhanurendra Pandji dalam catatan kuratorialnya yang berjudul Melihat Bayangan mengatakan ia ingin mengajak penonton untuk melihat apa yang lebih di dalam tangkapan layar kamera. Pandji menganalogikan ini dengan cerita gua Plato atau pertunjukan wayang  tidak sesuai pakem di mana dalang duduk di pengiring musik yang ia saksikan saat kecil. Di cerita gua Plato, saat ingin melihat suatu bayangan di gua gelap, kita harus pergi ke sumber cahaya, sebaliknya di pertunjukan wayang yang ia tonton saat masih kecil, untuk melihat apa yang ada di balik terang, ia harus melihat bayangan yang gelap. Program kuratorial ini setidaknya mengajak dan mengingat kita untuk kembali melihat filem tidak hanya apa yang ada di dalam layar, namun juga “bayangan” yang ada di belakang layar tersebut. “Bayangan” ini dapat menjelma sebagai cerita pahit sejarah, trauma kolektif atau yang lain.

Program kuratorial Kompetisi Internasional 4 bisa diakses di website Festival ARKIPEL dari 5 Desember – 11 Desember 2021.

 

Terjemahan Bahasa Inggris oleh Gladyza Vanska

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Contact Us

We're not around right now. But you can send us an email and we'll get back to you, asap.

Not readable? Change text. captcha txt

Start typing and press Enter to search

X