august, 2019

2019tuesday20august19:00tuesday21:00FeaturedOpening Night of the FestivalARKIPEL bromocorah - 7th International Documentary and Experimental Film Festival19:00 - 21:00 UTC+7 GoetheHaus, Sam Ratulangi 9-15, Jakarta - 10350Festival Program:Ceremony

Details

ARKIPEL bromocorah – 7th Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival presents 69 Performance Club to enliven the Opening Night of the festival.

In this occasion, 69 Performance Club will perform Out of in The Penal Colony: The Partisan Edition – an edition from the performance series entitled Out of in The Penal Colony, designed by 69 Performance Club. The Partisan Edition is present as part of Out of in The Penal Colony work which is also still ongoing as a work in progress (rather than a final presentation work). Members of 69 Performance Club read that possibility by doing several further experimentations in the attempt to contextualize Franz Kafka’s short story (In The Penal Colony) in the current situation of art and media. Keywords The Man, Decipher, The Wound, and The Script found a new form in this edition.

ARKIPEL bromocorah – 7th Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival menghadirkan 69 Performance Club untuk memeriahkan Malam Pembukaan festival.

Pada kesempatan resital kali ini, 69 Performance Club akan menghadirkan karya Out Of In The Penal Colony: The Partisan Edition – sebuah edisi dari seri performans Out Of In The Penal Colony yang dirancang oleh 69 Performance Club. The Partisan Edition hadir sebagai bagian dari karya Out Of In The Penal Colony yang masih berlangsung sebagai sebuah karya dalam progres (bukan presentasi karya final). Kemungkinan tersebut dibaca oleh anggota 69 Performance Club dengan melakukan sejumlah eksperimentasi lanjutan dalam upaya mengontekstualisasikan cerita pendek karya Franz Kafka (In The Penal Colony) dalam situasi media dan seni saat ini. Kata kunci The Man, Decipher, The Wound, dan The Script menemukan bentuk barunya dalam edisi kali ini.


Opening Films


 

Chinafrika.mobile | Daniel Kötter | 2017, Germany, 38 mins

Menelusuri siklus produksi dari sebuah jenis teknologi komunikasi, telepon genggam, dengan mencakup alur persebaran lintas kawasan di tiga negara (Republik Demokrasi Kongo, China, dan Nigeria), filem ini menggarisbawahi hubungan dan peran China dan Afrika sebagai dua kekuatan yang juga menentukan globalisasi ekonomi, politik, dan budaya. Melibatkan para penambang, buruh pabrik, pedagang, dan pengumpul di tiga wilayah tersebut, Chinafrika. mobile hadir sebagai esai kritis mengenai Modernisme, yang di dalamnya terbingkai suatu artikulasi lokal yang secara nyata bersikap di luar ciri kewajaran ala tekno-sosial, memicu pertanyaan tentang peran benua adidaya lainnya di dalam hubungan politik antarkawasan dan perspektif baru mengenai masa depan kapital. (Manshur Zikri)

Tracing the production cycle of one type of communication technology, handphone, by covering the lane of distribution across regions in three countries (DR Congo, China, and Nigeria), this film underscores the relationship between and the role of China and Africa as two forces that also determine economic, political and cultural globalization. Involving miners, factory workers, traders, and collectors in the three regions in its film production, Chinafrika.mobile emerges as a critical essay on Modernism, in which the local articulation behaving outside the techno-social customs was framed; triggering questions of other superpower continents’ role in the cross-regional political connection, as well as evoking new perspectives on the future of the capital. (Manshur Zikri)

Stones | Jorn Staeger | 2018, Germany, 7,5 mins

Dokumentasi eksperimental yang dikonstruksi untuk memposisikan batu, materi alam mayor dan telah menjadi bahan utama dalam sejarah perkembangan arsitektural di sepanjang peradaban manusia, sebagai figur utama. Dengan susunan bahasa filem berdasarkan formalitas visual objek tersebut, filem ini merangkai hubungan sebab-akibat yang muncul dari interaksi manusia dan alam, membawa kita ke ranah refleksi mengenai pembangunan, tata ruang kehidupan sosial, sekaligus juga dampak perubahan iklim yang berkaitan dengan tindakan manusia terhadap lanskap-lanskap alamiah yang ada. Dari segi estetis, filem ini merupakan ungkaian tentang pertemuan antara formalitas kamera dan organisme alamiah, menyertakan narasi pertemuan antara lanskap bebatuan tanpa bentuk dan yang dibentuk manusia. (Manshur Zikri)

It is an experimental documentation constructed to position the stones, major natural material and has become the main ingredient in the history of architectural development throughout human civilization, as its main figure. By the composition of film language based on the visual formality of the object, it assembles a causal relationship arisen from human and natural interactions, bringing us into the realm of reflection on the development, spatial layout of social life, as well as the effects of climate change which related to human action on the existing natural landscapes. In terms of aesthetics, this film is a talk about a rendezvous between the camera formality and natural organisms, including the narrative of the encounter between the landscape of “construct-less” natural stones and human-constructed rocks. (Manshur Zikri)

Adegan Yang Hilang Dari Petrus draft #4 | Arief Budiman | 2019, Indonesia, 5 mins

Dalam filem ini, Arief Budiman mengangkat proses yang mendahului Peristiwa Lapangan Banteng. Tokoh dalam filem berkisah tentang perjalanan dirinya bersama Kelompok Fajar Menyingsing (KFM) menuju Jakarta dari Semarang pada tahun 1982. Lebih jauh, Arief mempersoalkan kembali peristiwa Petrus di tahun 1980-an ketika pemerintah dan elit politik menggunakan ketakutan sebagai instrumen kontrol masyarakat. Menggunakan sumber-sumber foto dan narasi yang tersebar di internet, filem Adegan Yang Hilang Dari Petrus mengeksplorasi pembuatan filem tanpa menggunakan kamera. (Dhuha Ramadhani)

In this film, Arief Budiman raises a process preceding the Lapangan Banteng incident. The figure in this film narrates his journey with Kelompok Fajar Menyingsing (KFM), heading to Jakarta from Semarang, in 1982. Furthermore, Arief re-problematizes the Petrus killings that occurred in the 1980s when the government and political elites used fear as the instrument to control society. By using photographs and narratives scattered on the internet as his its sources, Adegan Yang Hilang Dari Petrus sexplores a camera-less filmmaking process. (Dhuha Ramadhani)

Chairs | Avner Pinchover | 2018, Israel, 12 mins

Seorang pria berdiri dan melemparkan kursi ke sebuah dinding dalam suatu ruangan. Tindakan repetitif ini membentuk sebuah wujud baru dan secara langsung membangunkan kesadaran kita terhadap apa itu kekerasan, juga ide-ide tentang spektakel yang terjadi di ruang pamer. (Afrian Purnama)

A man stands and throws a chair on a wall inside a room. This repetitive motion forms a new shape and directly awakens our consciousness of what violence is as well as ideas of spectacle that occur in exhibition space. (Afrian Purnama)

Time

(Tuesday) 19:00 - 21:00 UTC+7

Location

GoetheHaus

Sam Ratulangi 9-15, Jakarta - 10350

Organizer

ARKIPEL bromocorah - 7th International Documentary and Experimental Film Festivalinfo@arkipel.org Jl. H. Saidi No.69, RT.7/RW.5, Tanjung Barat, Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12530

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Contact Us

We're not around right now. But you can send us an email and we'll get back to you, asap.

Not readable? Change text. captcha txt

Start typing and press Enter to search

X