In ARKIPEL 2021 - Twilight Zone, Event Coverage, Festival Program, Festival Stories, Festival Updates, Film Screening Reviews, Special Presentation
Bahasa Indonesia

Siapa yang Dapat Bertahan?

Pada 28 November 2021, ARKIPEL Twilight Zone8th Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival telah memulai pemutaran filemnya untuk publik daring. Salah satu pemutarannya adalah presentasi filem khusus yang dikuratori oleh Philip Widmann, seorang kurator dan programmer filem dari Jerman. Widmann adalah panitia seleksi Festival Seni Media Eropa di Osnabrück, dan telah membuat program filem untuk Image Forum Tokyo dan Hamburg International Short Film Festival.  Kali ini, Widmann mengkurasi pemutaran berjudul Tempat-tempat Lumrah bagi Penangguhan, sebagai bagian dari kerjasama ARKIPEL dengan Kassel Documentary Film and Video Festival–dengan dukungan dari Goethe Institut Indonesien.

Ada empat filem yang ditayangkan: Bitter with a Shy Taste of Sweetness oleh Saif Alsaegh (AS, 2019), It’s a Long Way from Amphioxus oleh Kamal Aljafari (Jerman, 2019), Dream Delivery oleh Zheng Yuan (Tiongkok, 2018), dan and a tiny place that is hard to touch oleh Shelly Silver (AS, 2019).

Semua filem secara signifikan menampilkan voice-over dan/atau narasi tertulis yang dikombinasikan dengan kosakata visual yang khas. Filem pertama Bitter with a Shy Taste of Sweetness–sebuah filem tentang seorang pria yang melarikan diri dari Irak ke AS–mendistorsi dan merekonstruksi ingatannya tentang melarikan diri dan mampu bertahan. Posisi frame sebagian besar dimiringkan, kamera berputar-putar, dan gambar ditumpang-tindih. Ini adalah refleksi melankolis dari masa lalu dan imajinasi masa depan. Sementara itu, filem kedua It’s a Long Way from Amphioxus, mengambil latar di kantor imigrasi tempat orang-orang menunggu, terkurung, berkeliaran di sekitar dan di dalam gedung. Instruksi, infrastruktur, dan nomor yang diberikan kepada mereka membatasi pergerakan mereka. Dalam akhir yang menghantui, manusia tampaknya hilang, diganti dengan angka berwarna merah yang tinggal, mengapung, dan membanjiri layar.

Filem ketiga Dream Delivery, menceritakan kehidupan para pekerja pengiriman. Filem ini menekankan posisi pekerja sebagai yang dieksploitasi dan perannya tidak diingat. Bagi mereka, tidur menjadi keputusan yang berisiko dan perlindungan sesaat; suatu tindakan yang ditangguhkan di antara dunia mereka selaku individu dan dunia luar yang serba cepat nan kejam. Filem terakhir a tiny place that is hard to touch, filem terpanjang dalam program ini, dengan sabar mengamati kehidupan penghuni kanal di Tatekawa, Tokyo. Narasi bergeser dari berbicara tentang orang luar—orang-orang Amerika—dengan pandangan intrusifnya terhadap kota ke kontemplasi keberlangsungan kehidupan spesies di Bumi. Penggunaan visual garis, pola, dan tekstur mendefinisikan dan membentuk pergerakan kota dan penduduknya. Dalam filem ini, keseharian menjadi sesuatu yang tidak bisa dikenali dan asing. Ini juga secara singkat menyentuh trauma dan memori Perang Dunia II di Jepang.

Dalam teks kuratorialnya, Widmann menjelaskan bahwa seleksi tersebut disatukan untuk berbicara tentang perjuangan bertahan hidup, yakni dengan menggunakan filem sebagai contoh dan pertanyaan untuk membuat kita menyelidiki lebih dalam perpindahan geografis, budaya, sosial ekonomi, estetika dan emosional. Akibatnya, perpindahan terasa lebih seperti “keadaan aneh yang ditangguhkan di suatu tempat di antaranya”. Menonton program ini selama pandemi – bencana yang telah mengubah struktur kehidupan kita – membawa rasa penangguhan ini lebih dekat kepada kita selaku penonton.

Presentasi Khusus 01: Tempat-tempat Lumrah bagi Penangguhan dapat secara gratis disaksikan secara daring sejak 28 November hingga 4 Desember 2021, di http://festival.arkipel.org.

 

Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Agatha Danastri Pertiwi

English

Who Gets to Survive?

On 28th November 2021, ARKIPEL Twilight Zone – 8th Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival has begun its film screenings for the online public. One of the screenings is a special film presentation curated by Philip Widmann, a film curator and programmer from Germany. Widmann is a selection committee of the European Media Art Festival in Osnabrück, and has created film programs for Image Forum Tokyo and Hamburg International Short Film Festival. This time, Widmann curates a screening titled Common Places of Suspension, as part of ARKIPEL’s collaboration with Kassel Documentary Film and Video Festival–with the support of Goethe Institut Indonesien. 

There are four films presented respectively: Bitter with a Shy Taste of Sweetness by Saif Alsaegh (USA, 2019), It’s a Long Way from Amphioxus by Kamal Aljafari (Germany, 2019), Dream Delivery by Zheng Yuan (China, 2018), and a tiny place that is hard to touch by Shelly Silver (USA, 2019).

All films significantly feature a voice-over and/or written narration combined with distinctive visual vocabularies. The first film Bitter with a Shy Taste of Sweetness–a film about a man escaping from Iraq to USA–distorts and reconstructs his memory of escaping and being able to survive. The framings are mostly tilted, the camera swirls, images are superimposed. It is a melancholic reflection of the past and imagination of the future. Meanwhile, the second film–It’s a Long Way from Amphioxus–takes place in an immigration office where people are waiting, confined, wandering around and inside the building. The instructions, infrastructures, and numbers assigned to them limit their movements. In a haunting ending, the humans are seemingly gone, replaced with the red colored-numbers that stay, float and flood the screen. 

The third film Dream Delivery narrates the life of delivery workers. It emphasizes the position of the workers as the unremembered and the exploited. For them, sleeping becomes a risky decision and a momentary refuge; an act suspended in between their individual worlds and the fast-paced, cruel world outside. The last film, a tiny place that is hard to touch, the longest film in the program, patiently observes the life of inhabitants of a canal in Tatekawa, Tokyo. The narration shifts from talking about an outsider’s–an American’s– intrusive gaze at the city to the contemplation of survival of species on Earth. The visual use of lines, patterns, and textures defines and shapes the movement of the city and its inhabitants. In the film, everydayness becomes something that is unrecognizable and alien. It also briefly touches on the trauma and memory of World War II in Japan. 

In his curatorial text, Widmann explains that the selection has been put together to talk about the struggles to survive, using films as the example and question to make us probe deeper into the geographical, cultural, socio-economic, aesthetical, and emotional displacement. As a result, the displacement feels more like “the strange state of being suspended someplace in between”. Watching this program during the pandemic–a catastrophe that has changed our structure of living–brings this sense of suspension even closer to us, to the audience. 

Special Presentation 01: Common Places of Suspension is free to be viewed from 28th November to 4th December 2021 at http://festival.arkipel.org.

 

Indonesian translation by Agatha Danastri Pertiwi

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Contact Us

We're not around right now. But you can send us an email and we'll get back to you, asap.

Not readable? Change text. captcha txt

Start typing and press Enter to search

X