The Subversion And Experimentation of The Past: Special Presentation by Beijing International Short Film Festival

Subversi dan Eksperimentasi Masa Lalu: Presentasi Spesial oleh Beijing International Short Film Festival

Pada tanggal 29 November, festival filem ARKIPEL menayangkan filem-filem yang telah dikurasi oleh Ding Dawei, seorang direktur festival dari Beijing International Short Film Festival (BISFF), sebuah festival filem independen tahunan yang diselenggarakan di RRT. 

Dalam acara presentasi spesial ini, Dawei telah memilih tujuh filem yang ia anggap mampu menunjukkan bagaimana para generasi baru sineas mampu mensubversi arsip-arsip menjadi hal yang baru dan politis. Kuratorial ini menayangkan total tujuh filem: lima merupakan filem-filem eksperimental dari luar Cina, sedangkan dua filem merupakan karya anggota generasi baru sineas Cina yang memiliki perspektif baru dan unik tentang relasi arsip dan sinema. 

Filem-filem yang ditampilkan adalah Lullaby (2020) dari sutradara Pathompon Mont Tesprateep diproduksi di Thailand, The Visitors (2017) dari sutradara Rob Carter diproduksi di Amerika Serikat, Darkly Negative Prints (2022) dari sutradara Frank Fang dan diproduksi di Cina, A Letter From Huami (2020) dari sutradara Wency Zhang dan Huang Yue diproduksi di Cina, No One Cried (2021) dari sutradara Daniel Jacoby diproduksi di Belanda dan Jerman, Personne (2016) dari sutradara Matthias Müller dan Christoph Girardet diproduksi Jerman, dan Imperial Irrigation dari sutradara Lukas Marxt diproduksi di Jerman dan Austria. 

Filem Lullaby adalah filem yang sangat menarik karena mampu memaparkan pesan-pesan politik terkait isu-isu masa kini namun dengan gaya tradisi lisan lokal. Selama durasi filem, kita diperlihatkan tangkapan seorang ibu di layar yang nampak sedang menyanyikan ninabobo untuk anaknya. Namun dalam lagunya, sang ibu memberikan petuah-petuah moral yang terkait dengan isu-isu politik, khususnya di kawasan Asia Tenggara saat ini, seperti penyebaran berita bohong dan konflik agama. Pesan politik yang disampaikan lewat lagu ini menjadi sangat politis, namun juga sarat dengan perasaan nostalgia. 

Filem The Visitors berusaha untuk menelusuri pergantian pulau Mallorca, Spanyol dari masa ke masa lewat foto-foto lawas. Adegan pertama dalam filem ini membuat saya dan penonton lain penuh dengan tawa dan kekaguman, karena kita melihat sebuah tangkapan pemandangan jalan yang diapit oleh laut dan hutan, namun tidak lama api mulai menjalar. Saya pun sadar yang kita lihat bukanlah sebuah tangkapan video lawas, namun sebuah foto. Selama filem berlangsung, kita melihat bagaimana Mallorca berkembang dari zaman lawas ke modern melalui manipulasi foto arsip yang imajinatif. Menggunakan teknik stop-motion, filem ini mampu membuat kumpulan foto-foto arsip menjadi seperti menjadi gambar kolase yang bergerak.

Darkly Negative Prints adalah sebuah filem dari sutradara Frank Fang, salah satu bagian dari generasi baru sineas di Cina. Filem ini diawali oleh adegan yang puitis: yaitu pembicaraan antara seorang sosok dengan kumpulan ikan di sungai yang meminta makan dengan imbalan sebuah cerita tentang masa lalu di masa depan. Dari adegan surreal tersebut kita berpindah ke Cina masa kini. Namun, Fang tidak menunjukkan kemegahan kota yang modern, tidak. Dia menunjukkan reruntuhan pabrik yang terbengkalai, seakan ada masa sebelum kota tersebut menjadi modern.

A Letter From Huami disutradarai oleh Wency Zhang dan Huang Yue yang juga merupakan sineas muda dari Cina. Berangkat dari sebuah surat yang ditulis oleh seekor kucing bernama Huami untuk pemiliknya yang berada di masa lalu, filem ini menggunakan arsip sebagai sebuah alat naratif untuk mengeksplorasi keterhubungan antara memori masa lalu dan kesadaran manusia. Walau cukup rumit, filem ini mampu membangkitkan emosi saya tentang masa lalu dan posisi memori dalam benak saya sendiri. 

No One Cried menggunakan arsip dari tangkapan layar ruangan-ruangan yang digunakan dalam sex room virtual, sebuah tempat di mana seseorang bisa membayar untuk mendapatkan pornografi secara langsung. Filem ini menurut saya mengangkat sebuah isu yang sangat penting dalam era digital, yaitu relasi antara dunia digital yang mengutamakan anonimitas, dan tanggung jawab moral individu yang kini menjadi anonim. Isu ini secara eksplisit muncul dalam dialog antara seorang pria dan perempuan yang berdiskusi tentang serial TV di HBO, dan permainan video yang menghadapkan manusia kepada karakter virtual. Moralitas dan etika yang mereka punya dalam kehidupan sehari-hari mampu menghilang dalam kemayaan dunia digital.

Personne berpusat pada rekaman filem-filem dari aktor legenda Perancis Jean-Louis Trintignant yang diselingi oleh selipan-selipan dari rekaman filem-filem Hollywood yang dibintangi Gregory Peck dan Jane Fonda. Walau tidak dapat menangkap intensi filem ini ketika menonton, penggunaan arsip filem-filem ini yang dimanipulasi dengan teknik penyuntingan yang menciptakan visual yang mengasyikkan dan cepat, namun tidak cerewet atau ngalor-ngidul. Ini membuat saya terpaku pada layar sepanjang film.

Filem terakhir, Imperial Irrigation, memeriksa relasi antara industri militer Amerika dan kehancuran laut Salton di California. Dalam filem ini, sutradara Lukas Marxt menelusuri bagaimana industri militer di Amerika Serikat berperan aktif dalam menghancurkan ekosistem di Laut Salton yang dulu juga dipakai sebagai tempat tes senjata pada Perang Dunia II. Filem ini menggunakan arsip dan teks historiografi yang dinarasikan sepanjang filem untuk melihat bagaimana hasrat imperialisme Amerika Serikat juga turut menghancurkan ekosistem lokalnya sendiri untuk mengembangkan senjata pemusnah massal. 

Filem-filem ini bagi saya pribadi menunjukkan bagaimana arsip yang selama ini hanya digunakan sebagai penunjang visual dalam sinema menjadi visual utama dan membuat arsip-arsip tersebut yang seakan netral menjadi politis.